#SakinahMenulis-Selamat membaca entri pertama saya.
Mengingat 7 tahun karir kepenulisan saya, saya tiba-tiba menyadari satu hal bahwa ketika saya menulis, itu berarti saya telah mendokumentasikan hidup saya ke dalam kata. Proses sekecil apapun bagi saya sangat berarti. Seperti menaiki anak tangga, kita akan menjejakkan kaki dari anak tangga terendah atau malah diawali dari lantai.
 |
| www.kinamariz.com One day in your life, you ill try to make people remember you |
Apapun prosesnya, saya harus menghargainya sebagai satu jalan menuju saat ini. Jelek atau lebih jelek. Tak mengapa, sebab tanpa memulai saya tak akan pernah sampai. Begitu juga kamu, kan?
For Your Information,
"Puisi-puisi ini DItulis ketika gue baru aja tamat di kelas 3 Madrasah Aliyah, selevel dengan SMA kelas XII zaman ini, hehe. Waktu itu gue udah persiapan masuk kuliah di Universitas Negeri Medan (Unimed).
And now 2016, gue udah jadi seorang istri. Jiaaa, berasa tua banget ya gue.
Puisinya nyentrik kalau menurut gue yang di tahun 2016, tapi suer, menurut gue yang saat itu masih pakai seragam putih abu-abu, masih dikasih ortu uang jajan Rp.5000,- per hari, ini puisi udah nyelamatin hidup gue dari bencana kekosongan dompet. Trust me, just write."
Regards,
(Sakinah Annisa Mariz, S.Pd)
Bait Puisi Yang Hilang
Sudah kucari kemana-mana
Di ujung pena
Di pekat nya tinta
Di garis –garis kertas tulis
Di tepi-tepi kulit buku
Pada lembar-lembar koran usang
Dan di tiap-tiap halaman majalah
Kemana bait-bait itu?
Yang dulu ku rangkai jadi satu bersama hatiku
Untuk segenap perasaanku yang ku titipkan
Di bait-bait berharga ku
Lamunku tersadar
Sesatku terpanggil
Bait-bait itu tidak hilang
Tapi belum diterbitkan
Senyum /l/
Senyumku,
Senyumnya,
Senyummu,
Amatlah berbeda
Senyumku sudah pudar di gerus lapar
Senyumnya lama mekar di pupuk peluh
Senyummu memang telah terukir jelas
Jauh sebelum kau lahir
Minggu, (07/06/2009)
Menanti jawaban Tuhan/I/
Telah ku eja namamu
Beratus-ratus kali
dan ku tiupkan di baris-baris dzikir
Bersama do’a yang tenggelam dalam harap
Tuhan,
Bersimpuh sujudku ke hadiratmu
Terus ku kayuh sampan sajadah ku
Di atas samudera RahmatMu
Dan do’aKu,
Masih terus tenggelam bagai sebuah teka-teki dari Tuhan
Menanti Jawaban Tuhan/II/
Malam terus merayapi tubuh pagi
Saat aku masih terjaga di atas sajadah tua
Memikirkan sebuah tanda tanya besar
Di balik munajatku
Tuhan,
Adakah Kau dengar pintaku?
Atau aku yang terlalu kotor
Untuk memelas fakir
Secangkir karunia di samudera KeagunganMu?
Aku mati terbelenggu cemas Minggu, (19/07/2009)
*Terbit di Koran Medan Bisnis, Kolom Belia, Minggu (07/06/2009) dan Minggu (19/07/2009)
(Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz)
(Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz)
Silahkan untuk berkomentar, namun ingat ya link hidup tidak diperkenankan diletak sembarangan di sini. Insya Allah saya siap kok blog walking tanpa harus nempel-nempel backlink. Ok. Thanks
ReplyDelete