Liven R dan Lea Wilsen Undang Penulis Sumut Rayakan Momen Persahabatan di Tahun Baru Imlek 2019

#SakinahMenulis-Dua penulis kakak-beradik asal kota Medan, provinsi Sumatera Utara, menggelar acara kumpul-kumpul sahabat penulis di rumahnya. Digagas dan disponsori langsung oleh Liven R (kakak) dan Lea Wilsen (adiknya), momen persahabatan ini mempertemukan para penulis yang semula hanya mengenal wujud lewat tulisan. Kumpul-kumpul ini digelar di rumah mereka di Medan, pada Sabtu (09/02/2019), tepatnya beberapa hari usai Tahun Baru Imlek yang jatuh tanggal 5 Februari 2019.

Saya termasuk salah satu sahabat penulis yang diundang Liven untuk bertemu langsung. Meski banyak membaca dan mengagumi karya keduanya, namun saya belum pernah bertemu langsung. Interaksi kami selama ini hanya lewat sosial media. Tak pelak, begitu mendapat undangan darinya, saya langsung menyanggupi dengan ceria. Sehari sebelum acara, saya ada janji berjumpa dengan penulis Venny Mandasari. Ternyata kakak ini juga diundang di acara tersebut, jadilah kami berangkat bersama ke lokasi undangan.

Tiba di lokasi, waktu sudah tengah hari. Tepatnya pukul 12.30 WIB. Di jam makan siang ini, Tuan Rumah mengajak kami menyantap menu Nasi Kotak dari Rumah Makan Padang. Kami dilayani dengan makanan halal dan sikap yang sangat ramah. Jeruk mandarin, keripik, dan aneka kue berjejer di atas meja, memberi isyarat pada tamu agar tak berhenti mengunyah dan sesekali tertawa akrab. Di sana, sudah hadir lebih dulu akademisi, penulis senior (Ir Jannerson Girsang) dan keluarga dokter Agustinus Hw Purba, kemudian hadir berturut-turut Redaktur Koran Analisa Kwa Tjen Siung, Jurnalis Senior Anita Kencanawati dan rekan-rekan WPI Medan. Pertemuan berlangsung hangat dan menyenangkan.
.

Momen persahabatan ini, menurut para tetamu yang hadir, ternyata bukan pertama kalinya. Beberapa tahun sebelumnya, Liven dan Lea juga pernah mengundang para penulis berkumpul di rumahnya. Kepada kami, Liven menuturkan bahwa dia sangat senang bisa berkumpul bersama pegiat literasi. "Selama ini hanya kenal nama dan karya, akhirnya bisa ketemu langsung dan bertegur sapa ya," ujarnya.

Dari pertemuan di rumah Liven dan Lea, saya menarik banyak pembelajaran. Yang pertama, menulis adalah kerja mandiri, namun penulis tetaplah makhluk sosial. Penulis membutuhkan ruang untuk saling bersosialisasi, berbagi empati dan energi untuk bisa berkarya lebih baik lagi. Pertemuan yang digelar Liven dan Lea ini telah menciptakan koneksi antar penulis. Dari yang sebelumnya tak kenal, menjadi kenal. Dari yang sebelumnya tak membaca karyanya, jadi saling membaca dan memberi masukan, membuka peluang, hingga berkolaborasi. Sungguh suatu gerakan yang baik sekali.

Kedua, keberagaman menjadi harmoni. Sebagai bangsa Indonesia yang lahir dari beragam suku, agama, ras dan budaya, tentu saja membuat kita semakin kaya dan beragam. Keberagaman ini hendaknya menjadi modal yang baik untuk kehidupan yang damai dan toleransi. Momen persahabatan di rumah Liven dan Lea adalah salah satu bentuk sikap bhinneka tunggal ika-nya para penulis di Sumatera Utara ini. Kita bergerak dari latar belakang agama, budaya, pendidikan, pekerjaan yang berbeda-beda, namun kita punya tujuan yang sama yaitu merajut silaturahim antar penulis.


Pembelajaran ketiga, keikhlasan dan apolitis. Dibutuhkan keikhlasan yang tanpa pamrih saat kita menjadi 'mata air' bagi banyak orang. Hal ini terlihat dari bagaimana Liven dan Lea memperlakukan tamu-tamunya. Tak hanya mereka, Sang Ibu (Ai, saya memanggilnya) juga sangat ramah. Budi pekerti yang baik adalah modal langgengnya persahabatan. Ditambah lagi, pertemuan ini tidak secuilpun berbicara tentang politik dan sebagainya, meski masing-masing sudah punya pilihannya sendiri. Semua orang saling menghargai dan tetap pada porsinya. Maka pertemuan ini murni tentang proses kreatif berkarya dan saling tahu kabar satu dan yang lain. Hal ini membuat saya cukup terkesan.

Keempat, peduli dan kasih sayang. Saat saya bertanya soal harapan terbesar keluarga Liven dan Lea di Tahun Baru Imlek ini, keduanya kompak menjawab 'Kesehatan'. Liven menuturkan, saat ini ada keluarga yang benar-benar didoakan untuk sembuh. Bukan keluarga inti, namun bagian dari keluarga besar. Mendengar cerita Liven, tiba-tiba air mata saya menggenang. Mereka begitu peduli dan kasih sayang satu sama lain. Sikap peduli dan kasih sayang ini juga tercermin saat Bapak Jannerson Girsang berbagi buku tulisannya kepada Lea, dan Liven juga membagikan hasil knottingnya sebagai cinderamata kepada sahabat penulis yang hadir ke rumahnya.


Pertemuan ini sungguh telah menginspirasi saya. Bukan hanya dalam karya, namun juga dalam tindakan nyata. Mereka (Liven dan Lea) tidak hanya menulis tentang cinta dan kasih sayang, namun mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berbagi dan terus berbagi, karena seyogyanya saat kita berbagi hal baik, kita juga sedang menerima energi positif dari orang yang kita bahagiakan. Semoga tercapai segala harapannya, Cici dan Koko!

Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

7 comments

  1. Terima kasih sudah mampir dan berbagi komentar di blog saya. Blog Walking siap meluncur :)

    ReplyDelete
  2. Sekali ketemu langsung akrab sama emaknya ya, Kin. Main panggil nama aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, Ai kan artinya tante bang setahuku. Apa iya nama Nantulang itu Ai, bang? #Maafkanaku #NgakakOnline

      Delete
  3. Halo Kinah. Iya, betul, A'i artinya Tante. Hehe...

    Sedikit berbagi filosofi tentang 'cinderamata' kecil itu, ia bernama:
    Lucky Panchang Knot
    (simpul doa dan pengharapan baik bagi penerima/pemilik)

    Pernahkah memperhatikan bagaimana masyarakat di Cina Daratan (maupun di sebagian besar) negara bermayoritas penduduk Chinese mendekorasi rumah-rumah mereka, dalam setiap acara yang ada?

    Ya, jika diperhatikan, kamu akan melihat hampir di setiap momen, simpul PANCHANG berukuran besar maupun kecil ini tak pernah ketinggalan sebagai primadona dekorasi.

    Selain mewakili identitas ketionghoaan, seni simpul panchang yang telah ada sejak zaman kekaisaran kuno Tiongkok ini secara khusus bersimbolis 'doa dan harapan' baik agar segala sesuatu berjalan harmonis, penuh keberuntungan, diliputi kemakmuran, dan keselamatan.

    Doa saya: bersama dengan panchang ungu (warna favorit Kinah, kan, ya? Hahaa...) semoga Sakinah dan keluarga mencapai segala tujuan baik yang diinginkan. Amin

    Terima kasih telah hadir, ya, Sakinah. Terima kasih atas artikel ini. Many many thanks! *Hugged*

    (Liven R)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah senangnya kina dapat Panchang Knot yang cantik sesuai warna favorit lagi. (Hugged cici Liven juga)
      Amin. Sama2 ya ci

      Delete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital