Resensi Buku : Asmara di Atas Haram

www.kinamariz.com
Aku saat jadi pembicara novel ini di Gramedia Gajah Mada Medan, Jumat 29 Juni 2012
#SakinahMenulis-Sastra Religi atau Sastra Keagamaan merupakan bantuk khas dari genre sastra yang menuangkan nilai-nilai agama/aliran tertentu, mengajak manusia pada naluri 'Ketuhanan' atau hasrat 'berTuhan', serta karya yang ditulis dengan semangat religius untuk berdakwah hingga menyampaikan pesan tertentu.

Dalam kisah ini, Tokoh utamanya yaitu Yasser Al-Banjary. Seorang Qori yang yatim dan harus pula menghidupi ibu serta menyekolahkan adik-adiknya. Masalah muncul saat ibunda Yasser membutuhkan biaya besar untuk operasi, padahal saat itu Yasser hanya punya uang 2 jt rupiah. Di waktu genting itu, Yasser yang berprofesi sebaga wartawan freelance di kota Banjarmasin kaget bukan main ketika mengetahui ada uang Rp.5 Milyar yang nyasar ke Tabungannya. Ibarat ulat menemu buah, Yasser pun gagap melihat rekening Banknya. Keimanannya diuji Allah.

Ketika Yasser berusaha mengusut aliran dana yang masuk ke rekeningnya, ternyata Allah juga memberikan jalan lain pada Ibunya yang sedang kritis. Perjalanan haji yang diimpi-impikan ibunya dan Yasser, kini berada di genggaman. Pemerintah Kal-Sel menghadiahkannya atas keahliannya sebagai Sang Juara Lomba MTQ tingkat Nasional. Tak disangka, perjalanan cinta menuju rumah Sang Khalik, menyuburkan kembali ladang hatinya yang telah lama gersang. Di kota Suci Mekkah, Yasser bertemu dengan Qoriah cantik ternama, Istiqomah. Hatinya yang teguh berguncang ingin meminang Isti, namun bersamaan dengannya Ferry, putra seorang Menteri Agama jatuh cinta pula kepada Istiqomah. Di tengah kehampaan hatinya, Sofia (putri seorang konglomerat) yang ternyata juga sedang menunaikan ibadah haji, tiba-tiba datang dengan SMS cintanya. Sedangkan Eva, sang putri Ukraina turut pula masuk dalam kehidupan Yasser. Lalu ke pelabuhan hati manakah, Yasser Sang "Lelaki berjilbab" ini akan menambat kapal cintanya?
www.kinamariz.com
Novel Asmara di Atas Haram
Novel ini saya kira merujuk jelas pada bentuk sastra religi, seperti pada konsep diatas. Dalam pembahasan bab per bab, banyak dijumpai kutipan ayat dari Kitab Suci, maupun himbauan kepada nilai-nilai kebaikan atas naluri dan kesadaran untuk “berTuhan”. Zulkifli L Muchdi, dalam hal ini kiranya menyadari kebutuhan rohani manusia atas cinta, dengan sangat hati-hati. Cinta yang disuguhkan dalam konflik dan penokohan dari masing-masing tokohnya pada akhirnya menunjuk cinta kepada Tuhannya, Allah SWT.

Tokoh Yasser Al-Banjari dalam novel ini, sebagai sarana Zulkifli L Muchdi untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Yasser yang semula hanyalah seorang lelaki biasa, kehidupannya sederhana, namun ketaatannya kepada Sang Pencipta memberikan berkah keberuntungan baginya. Dengan cinta yang tepat, manusia akan menemukan keberkahan hidup, kiranya menjadi pesan utama dari novel ini.

Uang memanglah katalisator untuk mendapatkan kesenangan duniawi, akan tetapi Zulkifli L Muchdi juga menjadikan uang sebagai katalisator untuk mendapatkan keberkahan akhirat. Dengan memunculkan konflik dana siluman 5 milyar pada tokoh Yasser, ujian kehidupan tentang harapan ibunya untuk sembuh atau wafat, dan hadirnya 'bidadari-bidadari syurga' yang mengusik pikirannya.

Setting tempat yang diambil juga cukup cermat, yaitu berada di Mekkah dan Madinah. Dua kota yang disucikan Allah, kota tempat semua Ummat Islam mengerjakan rukun keislamannya yang kelima. Dimulai dengan prosesi Miqat Makani, yang dijabarkan penulis dalam cerita, menjadi dimensi perenungan dimana segala makhluk dengan segala sifat-sifat kedhaifannya yang bermula dan berakhir.

Demikianlah hidup, Zulkifli merepresentasikannya dalam bentuk ibadah haji. Manusia membutuhkan energy yang Maha dan Super untuk memulai kehidupan hingga mengakhirinya. Sifat-sifat lemah dalam diri manusia serta ketergantungannya pada sesuatu 'Yang Lebih' dari dirinya itu membangkitkan naluri mencari Tuhan. Naluri yang berpegang pada ajaran dan tuntunan Agama. Menemukan kasih dan cinta Allah di Tanah Suci, ide sentral Zulkifli yang digarap dengan cermat dan detail.

'Asmara di Atas Haram' merupakan judul yang memancing responsif. Dengan memberikan sentuhan sufistik, pada penokohan para tokoh, terutama Istiqomah (Qoriah yang dicintai Yasser), gita cinta tak mengalir dengan bebas. Ada aturan dan batas-batas yang diberikan Islam, agar cinta Yasser menjadi fitri, menjadi suci, bukan cinta yang dipenuhi nafsu.

Maksud-maksud tentang 'Asmara di Atas Haram' bukanlah sekedar pernyataan cinta dan getar asmara yang membara di tanah masjidil Haram. Zulkifli meraciknya dengan embel-embel “di Atas” dan saya memaknai yang “di Atas” sebagai acuan pada Tuhan, Allah Azza Wa Jaala, Sang Al-Wuduud, Penabur Benih Cinta yang hakiki. Asmara di Atas Haram, wajib dibaca bagi generasi muda Islam yang punya cinta!

KSI-Medan, 29 Juni 2012

Ditulis oleh Sakinah Annisa Mariz, saat ini mahasiswi semester VII Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

No comments

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital