Puisi : Detak Jam di Dinding Kota

www.kinamariz.com
Kota Medan di malam hari -Image Source by Google.com-
#SakinahMenulis-Puisi ini ditulis dan dibaca di event 'Medan Art Festival' yang digelar di Ruang Pameran, Taman Budaya Sumatera Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Medan, 24 Desember 2011. Selamat membaca.

Tak-tik-tak-tik-tak…

Di pusat kota, suara jam dinding tiba-tiba saja berkelotak
Berdetak-detak
Tik-tak-tik-tak-tik…


; mungkinkah itu petanda kelahiran cita-cita yang gemilang?
atau jangan-jangan sebuah prosesi  kematian?

orang-orang pun tumpah ruah di jalanan
merayap, mencari, mencuri dengar detak jam di pusat kota
sebab kabarnya detak itu berhasil menerobos dinding-dinding baja sekalipun
hingga wajah kota rontok dan meleleh pelan-pelan


Tak-tik-tak-tik-tak…

udara pun menjadi pesing dan bau anyir
segepok resah mengintip dari sungai-sungai yang airnya mengalir keperakan
disana gerombolan anak-anak yang sibuk menjerat botol-botol plastik
berdebar menatap purnama dengan harapan-harapan basi dan pucat


Tak-tik-tak-tik-tak…
;sudah berapa lama kita menunggu detak itu lagi?
waktu memburu penantian panjang dengan cakarnya yang hitam
atas beribu-ribu hari yang berlalu dengan ketidakpastian
menyela kata-kata manis yang menggelinding, terus-terusan
o, mau sampai kapan kita bekerja?


Tak-tik-tak-tik-tak…
waktu juga menjulingkan padangan yang tiba-tiba nanar oleh seratus pujian
padahal beribu gunung serapah dan makian siap longsor menimpa
lalu pena-pena yang tahu segalanya
hanya bisa menderas peristiwa sederhana dan menyatakan cinta
padahal kebobrokan melenggang kemana-mana


Tak-tik-tak-tik-tak…
detak jam dinding di pusat kota
serupa lubang hitam yang terus berputar mengelilingimu
hitamnya adalah hitam darahmu
merahnya adalah merah amarahmu
dan birunya adalah biru bibirmu


kapan lagi kau bisa bercerita tentang sajak-sajak anggur dan rembulan
bila derita orang miskin dan anak-anak putus sekolah masih saja jadi berita pagi
bila denging nyamuk malaria masih menempel di kaki-kaki puisimu
bila onggokan sampah masih menggenang di pelupuk rumahmu
bila janji-janji yang merebak di corong radio dan layar televisi, segera layu di jalanan
bila secangkir kopi di kantin, pun sudah tak terbeli lagi


Tak-tik-tak-tik-tak…
detak jam di dinding kota
membuat orang-orang menjadi gila
lalu mereka yang tidak bisa mendengar
akan berpura-pura tidak mengerti
padahal bila sebelah telinga saja mendengar nadanya
maka sepuluh senti hati akan mengeras dan mati


Tak-tik-tak-tik-tak…
Sesungguhnya detak itu sedang berbunyi
di suatu tempat, saat ini


Medan, (24/12/2011)
www.kinamariz.com
A girl in the big city Doc2016
Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

No comments

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital