Filosofi Nasi Goreng, 6 Makna Tersembunyi Dalam Piring


#SakinahMenulis-Nasi goreng, makanan khas Indonesia yang sudah menjadi menu Internasional. Saking cocoknya di lidah para penikmat kuliner, Nasi Goreng kerap dijadikan alat eksperimen berbagai bahan dan rempah. Hm, sedap ya. Namun kali ini saya bukan ingin menulis resep memasak nasi goreng, saya lebih tertarik menggali makna filosofi dari nasi goreng itu sendiri. Berikut pendapatku, semoga menjadi motivasi dan pembelajaran bersama ya.

1. Nasi Sudah Matang, Tetap Saja Digoreng
Dimana-mana cara memasak nasi goreng diawali dengan nasi yang tanak ya, bukan beras. Ini bermakna bahwa tidak ada hasil yang pasti di dunia ini. Bahkan setiap proses, masih menghasilkan proses yang baru lagi. Artinya kita tidak boleh menyerah dan selalu positiflah menghadapi permasalahan dalam hidup ini.
Yang namanya hidup sudah jelas akan dihampiri masalah, entah itu masalah datangnya sambil menyapa lembut, atau datang tanpa permisi. Yang penting, kita selalu yakini bahwa ada Sang Pemilik Kehidupan ini, Allah SWT selalu mendampingi kita.
Katakanlah, "Wahai masalah yang besar, sesungguhnya kamu tidak ada apa-apanya karena aku punya Tuhan Yang Maha Besar."

2. Dimasak dengan Banyak Bumbu
Jika pesan nasi goreng (nasgor) komplit, tak jarang Chef memakai bahan tambahan yang beragam seperti Bawang Merah, Bawang Putih, Kemiri, Cabe Merah, sedikit kunyit, Tomat, Ikan Teri atau Udang halus sebagai perencah. Nah bumbu yang bermacam warna ini ternyata bisa menghasilkan rasa yang sedap dan lezat.
Tentunya kita mengambil pembelajaran bahwa karakter yang berbeda-beda justru membawa kenikmatan jika diramu dengan tepat. Perbedaan harus disikapi dengan benar, supaya hidup indah, harmoni dan selaras.
3. Simpel dan Sederhana
Nasgor ini simpel, memasaknya bahkan hanya butuh beberapa menit. Namun justru kesederhanaannya ini yang dibutuhkan saat kita kelaparan dan butuh makanan yang ringkas.
Maknanya, bukan kesempurnaan yang membuat hidup menjadi lengkap. Rasa apa adanya dan hati yang ikhlas menerima kuncinya.
Ketika hati tak bisa menerima, sebagus apapun takdir yang dijalani tetap tak akan berbahagia. Bersyukur dan bersyukur menjadi jurus mudah bahagia.

4. Bermacam Bahan Ikut Dimasak, Yang Bertahan Tetap Nasi
Terdiri dari bawang, cabe, tomat, perencah, sayur, bahkan daging atau telur, tetap yang disebut nasi. Dalam hidup ini banyak sekali orang-orang yang hadir memberikan kesannya tersendiri. Ada yang datang membawa luka, kecewa, kesedihan, ada yang hadir membawa harapan, cinta kasih, dan kebahagiaan. Ada yang hadir sesekali lalu pergi tak berbekas. Ada yang selalu pergi namun tetap dinanti. Bermacam-macam manusia bertemu dengan berjenis-jenis manusia. Namun yang menanggung hanya satu, perasaaan dari masing-masing manusia itu sendiri. Apakah dia akan hidup sepenuhnya dalam kebahagiaan? atau ingin seumur hidupnya membenci? Siapakah yang bertahan?
Saya ingat dengan 1 cerita bahwa jika diumpamakan, kebaikan dan kejahatan dalam hati serupa beruang putih dan beruang hitam. Manakah yang akan bertahan dan berkuasa? Yang pasti adalah beruang yang sering diberi makan. Maka mulai saat ini berhentilah membenci dan menebar kebencian, karena apa yang kamu tanam itu pula yang kamu panen.

5. Nasgor Seafood, Nasgor Kampung, Nasgor Blackpapper, Nasgor Blackpink dll
Beraneka ragam sebutan nasgor ini sesuai isiannya. Jika ditambah udang dan cumi, berubahlah namanya jadi Nasgor Seafood. Jika ditambah terasi dan ikan asin, berubah pula jadi nasgor kampung. Dimasak dengan kimchi, jadi nasgor Korea.

Maknanya yang tak boleh dilupa adalah nasgor ini dapat menyesuaikan dirinya dimana pun dia berada.
Dinamis dan berprinsip, tidak mudah terombang-ambing hanya karena situasi berubah.

6. Dikonsumsi Semua Kalangan
Baik kaya, miskin, tua, muda, anak-anak, dewasa, pria, wanita semua menggemari makanan ini. Nasgor sudah menjadi makanan yang dapat diterima. Karena itu, pribadi yang menyenangkan bisa dimulai dari sikap yang 'pandai menempatkan diri' alias 'tahu diri' dalam artian pragmatik. Pepatah bilang, 'Di kandang kambing mengembik, di kandang harimau mengaum."

Demikianlah kita harus tahu kapan harus mendaki, kapan harus berjalan dan kapan harus meluncur. Semoga dengan 6 pesan filosofis dari sepiring nasi goreng ini dapat membawa manfaat bagi pembaca. Amiin.

Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

4 comments

  1. Terima kasih sudah mampir dan berbagi komentar di blog saya. Blog walking siap meluncur!

    ReplyDelete
  2. sampek segitunya ya filosofi nasi goreng.. ndak pernah memikiran sampai sejauh itu...

    ReplyDelete
  3. Semua hal ada dan tercipta pasti punya alasan tersendiri. Belajar dari nasi goreng juga seru, tapi jangan lupa nasinya dimakan..hehehe

    ReplyDelete
  4. Saya Sukanya nasi goreng seafood. Apalagi nasi goreng di Medan enak-enak ya.

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital