Resensi Buku : Omadi Pamouz dan GETHORA

www.kinamariz.com -Image Source : Pustaka73.blogspot.com-
#SakinahMenulis-                                                   RESENSI BUKU
Judul               : Gethora
Pengarang      : Omadi Pamouz
Cetakan          : Pertama
Penerbit          : Samanty, Lini Sastra Leutika
Tebal              : xiv + 431 hlm
Ukuran            : 14 × 20cm
Jenis               : Novel Fantasi

Dunia remaja pada hakikatnya, masa transisi dari dunia bermain anak-anak menuju proses pematangan berfikir dewasa. Ketika melewati masa remaja setiap orang cenderung mencerminkan pribadi yang labil, egois, ceria dan penuh ambisi. Keliaran imajinasi, kelincahan berfantasi, dan petualangan cinta menjadi bumbu yang lumrah dalam warna-warni dunia remaja.

Gethora, sebuah novel remaja yang murni fantasi. Kelihaian Omadi Pamouz dalam meracik ketiga bumbu tadi menjadi cerita yang menarik dan tidak biasa. Saya akui, untuk ukuran novel fantasi yang notabenenya memang langka beredar di Indonesia, Gethora cukup sukses membimbing pembaca berlayar di dunia imajinasi yang penuh fantasi. Keunikan ide cerita, penamaan tokoh, pemakaian istilah-istilah khusus, juga pemberian nama latar, mengajak kita menjenguk alam pikiran kita yang abstrak.

Sejalan dengan statement bahwa sastra memanglah sebuah ilmu yang sifat keilmiahannya unik, sebab menggunakan logika internal, saya menganggap Gethora sebagai salah satu contoh dari karya sastra tersebut. Banyak hal yang kita rasa tidak mungkin terjadi di dunia nyata, terjadi di dunia Gethora. Kemungkinan itu dapat pula diterima secara akal maupun secara logika. Gethora dengan kekayaan diksinya mengajak pembaca untuk mengarungi dunia yang nyata, namun pada hakikatnya tak nyata. Batas antara jaga dan mimpi itu sangat tipis diungkapkan dalam Gethora, pembaca seolah mabuk dalam kekuatan imajinasi dan fantasi si pengarang sehingga pembaca tidak lagi menyadari bahwa kesemua itu hanyalah fiktif belaka.

Keseriusan Omadi Pamouz dalam menggarap novel ini terlihat dari kekayaan diksi dan alur cerita yang berubah-ubah. Cerita-cerita yang menggiring pembaca untuk melihat potongan-potongan kejadian, lalu menarik kesimpulan atas apa yang telah dibacanya. Dengan teknik penceritaan yang tak biasa, Omadi menjelaskan karakter-karakter tokohnya yang kolosal dan kesemuanya merupakan tokoh penting dalam kesatuan cerita.

Novel ini bercerita tentang seorang remaja laki-laki yang bernama Zachary Vandyk. Dia diasuh secara single parents oleh ibunya yang asli Indonesia, sementara ayahnya seorang pilot, warga negara asing yang tiba-tiba menghilang semenjak kelahiran Zake. Setelah berdebat panjang lebar dengan ibunya, akhirnya Zake mendapat izin untuk liburan ke Bali. Namun sesuatu yang aneh terjadi di pesawat, pesawat Zake mengalami guncangan hebat sewaktu mengudara dan itu membuat Zake tak sadarkan diri.

Di belahan negeri yang lain, Aghnort, putra Raja Boldamer Sang Penguasa kegelapan, melakukan agresi besar-besaran ke negeri Balsard. Dengan kekuatan dan kekejaman sihirnya, Aghnort menaklukkan Balsard melalui perang Anhudd. Balsard pun hancur, sebagian penduduknya dibunuh dan sisanya diangkut untuk dijadikan generasi pertama di negeri baru yang diciptakan Aghnort, negeri Ghoylder.

Para Raja, penyihir, dan kesatria dari Balsard dimusnahkan secara massal, hingga tinggal wujud roh-roh yang mengapung-apung tanpa raga. Begitupun Aghnort dengan kekuasaannya memenjarakan roh-roh itu sehingga tidak ada kekuatan lain yang bisa menandinginya. Zaeres, seorang penyihir terkuat dari negeri Balsard, turut dimusnahkan roh dan raganya. Namun dengan tambahan energi roh dari kesatria dan penyihir-penyihir lain yang setia pada Balsard, Zaeres dibiarkan tetap hidup. Sebelum rohnya dimusnahkan, Zaeres tiba-tiba mendengar suara dari ruang ingatannya sendiri. Zaeres meramalkan bahwa akan lahir seorang penguasa mantra yang hebat dan sangat tangguh. Kekuatan sihirnya yang  dahsyat dan melebihi kemampuan Aghnort. Gethora. Dia yang muncul dari kegelapan, kala purnama sempurna seratus. Dia yang datang pada getaran tak bernada, menghapuskan kedukaan alam dari lingkar ketakutan. Dia yang tersimpan dalam ingatan yang terpendam, Gethora.

Di tengah kedamaian Ghoylder, saat ramalan itu telah jauh masa kadaluarsanya, Riverna, gadis kesatria yang menjaga wilayah Latierra, menemukan sesuatu di hutan Carvem. Sebuah benda besar yang bergelung di akar udara pohon Elleke, pohon bersisik yang banyak tumbuh di sepanjang Ghoylder. Pemuda itu tak lain adalah Zake! Disebabkan ancaman ketakutan yang panjang dari Sang Penguasa Kegelapan, akan kehadiran Gethora, maka Reeve mengubah Zake menjadi sosok lerden. Bagaimanakah sosok Zake setelah bertransformasi menjadi lerden? Akankah Zake dapat kembali ke negerinya? Siapa sebenarnya Gethora?
www.kinamariz.com
-Image Source : Twitter @Omadi_Pamouz-
Omadi Pamouz dengan cerdas menyajikan konflik cerita yang menarik dan tidak biasa. Lokasi kejadian yang berasal dari negeri antah-berantah yang dipetakan dengan jelas, lengkap dan terperinci, membuat pembaca merasakan bahwa negeri itu benar-benar nyata. Banyak hal yang disajikan secara istimewa di novel ini, misalnya pemakaian istilah yang memang hanya berlaku di dunia Gethora. Salah satu contoh, Omadi menyebutkan ukuran waktu Efoik untuk menyebutkan waktu per 65 detik. Bonggol akar yang terpilin, menjulang seperti pohon dan hidup dari roh kesatria dan penyihir, serupa monster, yang diistilahkannya dengan Pherque. Istilah Gyra untuk menyatakan 1,25 kaki, pohon Crysa yang dinamai untuk pohon semirip bambu, dan masih banyak lagi istilah-istilah menarik yang membuat pembaca tertarik untuk memakainya. Yang pasti, pembaca boleh menyiapkan catatan kecil untuk memakai istilah-istilah baru yang fantastis dari Gethora.

Gethora sebagai karya anak bangsa yang unik dan langka kita temukan di jajaran novel-novel fiksi. Kebanyakan novel yang diterbitkan oleh penulis muda di Indonesia mengambil secara utuh mengambil tema remaja yang selalu didominasi unsur percintaan ataupun persahabatan. Jarang ada penulis muda yang mampu mengadon tema-tema tersebut menjadi sebuah kesatuan cerita remaja yang komplit diramu dengan petualangan liar dan kehidupan keras yang realistis. Keberanian pengarang dalam menggarap cerita thirller yang biasanya kerap muncul dari penulis luar, membuka penglihatan kita bahwa ternyata generasi Indonesia tidak jauh berbeda keliaran imajinasinya dengan generasi luar. Dengan kemunculan Gethora, akan lahir semacam paradigma berfikir yang baru, bahwa ternyata remaja tidak hanya butuh cerita-cerita cinta yang picisan. Remaja juga harus dihadapkan pada keadaan dan kondisi kehidupan yang sebenar-benarnya. Jadi, meskipun dalam ruang lingkup cerita fantasi, Gethora juga harus bermanfaat bagi kehidupan nyata.

KSI Medan,  2010

(Penulis merupakan mahasiswi semester II Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, UNIMED)
Tulisan ini telah diterbitkan di koran Analisa Edisi Minggu, Kolom Rebana, 2010
(Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz)

No comments

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital