Resensi Buku: Love, Curse, and Hocus Pocus Milik Karla M Nashar

www.kinamariz.com
Love Curse & Hocus Pocus karya Karla M Nashar
#SakinahMenulis-                           RESENSI BUKU
  • Judul      : Love, Curse, and Hocus Pocus
  • Penulis   : Karla M Nashar
  • Terbit     : Cetakan Pertama, Januari 2013
  • Penerbit : PT Gramedia Utama, Jakarta
  • Tebal     : 416 hlm : 20 cm
  • ISBN     : 978-979-22-8976-3
  • Harga    : Rp 58.000,-
  • Jenis     : Prosa Fiksi                                                   
Déjà vu diantara Gadis Parasayu dan Troy Mardian terjadi lagi! Dua makhluk yang anti-damai dan senantiasa bertengkar itu tiba-tiba terjebak di dimensi lain. Kebencian Gadis, -si dara yang setengah mati cinta Indonesia- pada sosok Troy Mardian –si bule wannabe-, serta merta jungkirbalik menjadi perasaan cinta. Kisah yang telah dimulai di buku pertamanya, “Love, Hate, and Hocus Pocus” berlanjut di buku ini. Kalau di buku pertama mereka berdua dikagetkan ketika bangun pagi dengan keadaan bugil, maka di buku kedua mereka terkejut-kejut dengan ingatan tentang kehidupan rumahtangga yang manis serta bayi kembar mereka di kehamilan Gadis.

Puncak kebahagian itu segera runtuh ketika mereka terbangun dan kembali ke kehidupan nyata. Ketika membuka mata, Troy dan Gadis mendapati dirinya jatuh ke waktu awal, ketika mereka akan berangkat ke lokasi pesta ulangtahun BPI. Persis seperti ingatan dalam mimpi. Lalu seolah sudah pernah terjadi, di pertengahan pesta muncullah atraksi peramal Gypsi yang memainkan lonceng kecilnya diantara para hadirin. Di mimpi itu, mereka sempat terbahak. Mengira peramal itu hanya bercanda dengan asap dan loncengnya. Namun ketika terjadi di kehidupan nyata, mereka sadar itulah titik mula mimpi mereka yang harus diselesaikan. Tak buang waktu, mereka pun berusaha mengejar Sang Peramal itu demi menjelaskan asap mimpi kutukannya, meski itu berarti mereka harus terbang ke Inggris.

Takdir menjawab. Pak Irawan, Direktur BPI menugaskan agar Troy dan Gadis mewakili perusahaannya ke Seminar Internasional di London. Awalnya mereka menolak pergi bersama, tapi Gadis dan Troy terlalu penasaran untuk tinggal diam. Berangkat ke London adalah satu-satunya jalan untuk mendapat jawaban atas mimpi-mimpi anehnya. Kemunculan mendadak Lucinda si mantan pacar Troy, juga pertemuan Gadis dengan Putra di London, semakin mengubek-ubek alur cerita. Upaya yang mereka lakukan untuk menemukan Lyubitshka, Sang Peramal Gypsy, membawa mereka ke Leeds. Tempat dimana akhirnya Anteros (adik dari Dewa Eros di mitology Yunani), menancapkan anak panahnya di punggung Troy dan Gadis.

Lantas, ada apa dengan panah Anteros dan bola kristal suku Gypsi? Mungkinkah yang mereka alami itu hanya déjà vu? Karla M Nashar nampaknya ingin memberi ruang bagi pembacanya untuk mengurut detail cerita hingga sampai ke bagian tersebut. Sosok Dewa Anteros -adik dari Dewa Eros-, Sang Dewa Cinta dalam mitology Yunani. Berbeda dengan sifat Eros, Anteros justeru punya kesaktian tersendiri tentang panah cintanya. Panah Anteros yang menancap di tubuh Gadis dan Troy telah memberi perubahan takdir cinta mereka.
www.kinamariz.com
Karla M Nashar Penulis -Image Source by Google.com-
Selain tentang fakta dan sejarah Anteros, yang menjadi titik tumpu pada novel ini juga adalah tema yang digagas. Berbicara tentang tema cinta, berbicara tentang sesuatu yang tidak baru dan sangat banyak ditemukan. Akan tetapi, walaupun tema yang diambil penulis adalah hal yang tidak khusus lagi, penulis berusaha keras membuatnya berbeda. Gaya bahasa yang digunakan ringan mengalir sehingga pembaca awam pun  dapat langsung memahami isi cerita dengan jernih. Selain itu, konsistensi penulis pada konflik antar karakter membuat pembaca merasa dekat sekaligus nyaman menyelami tokoh Gadis Parasayu maupun Troy. Tidak heran bila pembaca yang bergender wanita bisa akan langsung tersedot perhatiannya sosok Troy yang maskulin. Alur cerita acak, sudut pandang pengarang yang asyik, membuat pembaca “betah” menamatkan cerita dalam sekali baca.

'Love is celebration of feeling. You have to use your heart to feel it, not your brain,' petik kalimat Lyubitshka. Kiranya pesan ini yang ingin disampaikan penulis kepada setiap insan sebelum jatuh cinta.

Medan, Maret 2013Ditulis oleh Sakinah Annisa Mariz

No comments

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital