Resensi Buku : The Traveler's Wife Tias Tatanka, Kisah Dua Pejalan Kaki


#SakinahMenulis-                          RESENSI BUKU
Judul     : The Traveler's Wife, 48 Hari 7 Negara
Penulis   : Tias Tatanka
Tebal     : 256 hal
Ukuran    : 13,5 mm × 20,5 cm
Jenis     : Travel Note - Jurnalisme Sastrawi
Penerbit  : Salsabila
ISBN      : 978-602-1695-21-0
Cetakan   : I, Jakarta 2015

The Traveler's Wife Tias Tatanka, Kisah Dua Pejalan Kaki

Siapa tak senang berlibur? Bahkan orang-orang yang senang mengumbar emosi negatif, sering disebut 'Kurang Piknik'. Saking penting dan berharganya berlibur itu, kita bahkan rela menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung sebagai modal berlibur. Namun liburan kemana? Pertanyaan ini kadang butuh beberapa menit untuk dijawab karena sebuah liburan pun bukan sekedar bepergian. Ada nilai dari setiap perjalanan yang dilalui, ada tujuan yang harus dikabulkan, serta ada kisah yang akan berkesan sebagai pembelajaran. Karenanya, saya sepakat bahwa Travelling adalah perjalanan seorang pejalan, bukan jalan-jalan.

"This will be a journey,special journey for me, for us. We have been waiting this for along time ago," demikian Tias Tatanka mengawali ceritanya. Kisah dibuka dengan bagaimana mimpi-mimpinya bersama Sang Suami untuk melintasi 7 negara di Asia dengan modal yang telah mereka tabung selama ini. Bagi Tias, perjalanan adalah sebuah gejolak. Di satu sisi, jiwanya kembali ingin merasakan udara jalan yang bebas, namun di sisi lain dia telah mengemban tanggungjawab sebagai ibu dari 4 anak. Tidak mudah baginya untuk meng'iya'kan ajakan Sang Suami (Gol A Gong) untuk menempuh perjalanannya. Butuh pertimbangan matang, rencana segudang dan tenaga ekstra bertubi-tubi untuk mewujudkannya. Di Bab pertama, rencana itu berhasil terwujud nyata. Tidak banyak kata yang dituliskan Tias mewakili keberangkatannya, mungkin karena dia tidak ingin memberati pembaca di awal langkah. Strategi jitu penulis menuliskan kesedihan, yaitu menuliskan kegundahannya dengan tegar, meski pembaca membacanya dengan jiwa bergetar.

Kemudian, di Bab-bab selanjutnya mengalirlah cerita dari 7 negara yaitu bermula dari Singapura sebagai transit pertama, Malaysia, Thailand, India, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar. Panjangnya perjalanan menakjubkan Pasangan suami istri (pasutri) ini berlangsung selama 48 hari dengan berbagai spot persinggahan yang layak menjadi bacaan pemandu jalan (Travel Guide) bagi pembaca. Diramu dengan teknik bercerita yang jurnalisme sastrawi, buku catatan perjalan ini kaya akan pengalaman empirik tentang suatu tempat, kontemplasi batin, tirakat keimanan, hingga ujian kehidupan. Meski tidak ikut berjalan bersama Tias dan suami, pembaca seakan ikut melangkah tergesa di bandara Changi, menapaki jalan bau dan berbunga di Kolkata, merajuk di Fossil Rock Dubai, hingga sensasi minum Chai di Mumbai. kesemua perjalanannya adalah rangkaian pengalaman mendebarkan yang tak terulang, namun menjadi mahaguru bagi siapa saja yang ingin bertualang.

Ada yang mengatakan, pengalaman adalah guru terbaik bagi kehidupan. Namun di bukunya, Tias seolah berpesan, perjalananlah yang membedakan kelas kita dalam kehidupan. Perjalanan yang panjang, membawa kita pada pikir lapang, akal dan batin yang luas, bertemu bermacam ragam manusia dan meresapi kehadiran kita yang bagai satu bintang dari sejuta galaksi. Manusia lahir dan berkembang di seluruh penjuru bumi, dengan segala keunikannya, dengan segala atribut yang diembannya. Penulis dalam catatannya menggambarkan bagaimana dirinya berusaha menjadi 'tangan kiri' bagi rekan perjalanannya, yaitu Sang Suami (yang memang sudah kehilangan fisik tangan kirinya). Dari sudut pandang seorang istri yang taat dan feminim, penulis berhasil menghadirkan amanat tanpa harus menggurui pembacanya. Dengan ulasan-ulasannya yang sederhana namun memikat, penulis mampu menghadirkan bayangan riil tentang suatu tempat dengan apa adanya. Misalnya di halaman 75, kisahnya di India. "Dinding kios kecil itu penuh tumpukan cangkir tanah liat. Dengan meja menjorok keluar kios, si pedagang meramu Chai di atas tungku. Beberapa pelanggan menunggu dilayani. Sementara si pedagang menuangkan secangkir demi secangkir Chai panas,". Ada juga cerita lucu saat penulis minta dicium di depan Taj Mahal (halaman 112) dan cerita-cerita lainnya yang menarik dibaca.

Sebagai kisah perjalanan, serta cerita dari istri seorang pejalan, buku ini menurut saya sangat menarik, kuat dan personal. Bukan hanya soal detil kejadian, latar tempat, waktu serta kelengkapan detail lainnya, namun bagaimana pembaca merasa nyaman, tercerahkan, asyik dan ikut tergugah untuk bepergian. Buku ini kiranya menjadi pemantik kepada setiap pejalan untuk tetap bertahan di segala kondisi, karena perjalanan tak hanya menawarkan kesenangan namun juga penuh derita, malapetaka, sampai bahkan kehilangan.

Tak terperi dan ingin segera mencoba apa-apa yang dituliskan Tias Tatanka, saya amat mengagumi buku ini. Saya menyukai narasi, deskripsi, eksplorasi, hingga fotografinya. Namun kekurangannya, (entah ini pantas atau tidak disebut kekurangan), penulis tak membubuhkan peta rute perjalanannya dengan gambaran lebih konkrit. Semuanya berbentuk aksara, bahkan hanya potongan gambar. Barangkali penulis tak ingin mengajari, hanya mau berbagi. Akan tetapi bagi pejalan pemula bagi saya, senang sekali bila ada catatan khusus semisal rute dan besaran cost. Namun sekali lagi, bila saya pedomani di judul, ini tetap kisah perjalanan, bukan panduan wisata. Kiranya penulis punya maksud tersendiri bagi pembacanya. Semoga kita bisa mengambil faedah dari buku ini. Salam sayangku untuk Tias Tatanka, Perempuan Pejalan Kaki!


Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

7 comments

  1. Terima kasih sudah mampir dan berbagi komentar di blog saya. Blog Walking siap meluncur :)

    ReplyDelete
  2. wow...menarik ya kisahnya jadi pengen baca ini bukunya.dmna bisa didapat ini bukunya @sakina.

    ReplyDelete
  3. Iya betul Miss. Ceritanya menarik sekali. Kemarin beli di Big Bad Wolf secara tak sengaja. Ternyata keren dan seru. Bagus deh miss

    ReplyDelete
  4. Kalau mau bepergian, harus banyak membaca update negara tujuan ya. Boleh lah buku ini jadi tambah referensi.

    ReplyDelete
  5. Banyak berjalan, banyak pengalaman. Saya jadi ingin membaca bukunya. Harga berapaan sis?

    ReplyDelete
  6. jadi kepengen jalan-jalan nih bacanya

    ReplyDelete
  7. Waah senang sekali membacanya. Terima kasih, ya, sudah membaca buku ini. ^_^ Maafkan baru sempat mampir ke sini.

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital