MEMOAR TENTANG HUJAN


 
#SakinahMenulis-Tadi sore untuk pertama kalinya anakku kubiarkan bermain mandi hujan. Ini adalah kali pertama dia merasakan hujan menyiprat di atas kepala dan membasahi sekujur tubuhnya. "Dingin, Adib suka hujan," katanya, persis suamiku yang sangat candu dengan hujan. Jika hujan semakin deras, bukannya takut Adib malah makin senang.
Saat begini, aku makin teringat si mas. Dia orang yang paling suka tidur diiringi suara hujan deras. Seperti lullaby yang menenangkan, hujan bagi suamiku adalah ketentraman.
 
Dahulu saat aku masih kecil, aku menganggap hujan adalah hari yang menangis. Siapa yang sedang bersedih hari ini? Pikirku. Saat aku kecil, aku tak terlalu menyukai hujan, sebab hujan berarti becek. Aku benci berjalan di antara genangan air atau melihat halaman sekolahku seperti rawa hijau yang dingin. Waktu itu, aku tidak tahu apa-apa tentang hujan. Aku hanya ketakutan mendengar gelegar petir dan suara dentam rintiknya yang menderas, seperti ada orang yang memanggilku dengan nada marah.
 
Aku tidak pernah tahu, bahwa sepuluh, belasan tahun kemudian, hujan akan terlihat dengan warna yang berbeda. Suamiku, orang yg paling aku cintai, sangat menyukai hujan. Dia berkata, suara hujan itu seperti musik yang teduh. Dinginnya hujan sungguh segar dan rintik derasnya yg membasuh bumi, menyapu debu, membersihkan segala yg usang dan kerontang. Sudut pandang baru ini membuatku perlahan mulai melihat hujan dengan cara berbeda.
 
Hingga pada suatu masa, aku dan suami dianugerahi anak setelah bertahun-tahun penantian panjang. Hujan, ternyata juga menjadi favorit anakku. Sama sepertiku yang dahulu sering ketakutan mendengar denting hujan yang menderas, anakku yang masih berusia 8 bulan juga demikian. Karena terus menangis mendengar rinai hujan di luar, suamiku pun menggendong anakku ke teras rumah kami. Anakku yang masih bayi kecil itu ketakutan melihat air mengucur deras dari genting. Dia menangis sekencang-kencangnya dan suamiku dengan tenangnya, dengan sifat kebapakannya yang penyayang, dia memeluk anakku di dadanya dan menjulurkan tangannya bersama tangan kecil anakku. Bersiap menyambut derai hujan yang deras. Anakku terkejut, namun pelukan hangat Ayahnya (dia memanggilnya Ebes) menenangkan ketakutannya. Sejak hari itu, anakku juga menyukai hujan.
 
Setiap hari mulai gelap, suamiku akan bersorak dan bersiap menunggu hujan. Jika dia pulang dari kerja, dia akan bergegas pulang. Kadang dia juga membeli makanan yang asyik untuk menemani hujan bersamaku. Kami menyantap bakso, sate, nasi goreng, mie Aceh, bahkan sering memasak mie instan di tengah malam. Makanan ini entah mengapa terasa lebih enak saat hujan. Suamiku mengajariku demikian. Maka hujan sebesar apapun akan terasa nikmat. Aku bahkan sudah lupa kalau aku kerap ketakutan dengan dentam hujan dan petir. Suamiku mengajarkan aku agar melihat hujan sebagai Rahmat Allah. Maka aku pun bahagia menyambut datangnya hujan.
 
Suatu hari, hujan membuat kami kewalahan. Rumah KPR yang baru saja kami cicil dengan susah payah, kebanjiran. Air hujan masuk ke kamar saat kami sedang terlelap dan aku mendengar suara ibuku menggedor pintu.
"Air masuk. Air masuk," teriak ibuku yang tinggal bersebelahan dengan rumah kami. Saat itu aku benar-benar panik melihat rak buku yang ada di ruang tamu terendam. Air melimpah di teras yg rendah dan meluap ke dalam rumah. Memang tak begitu fatal, karena suamiku sangat sigap menyapu semua air dan membuat bedengan. Aku tak menyangka, hal-hal tentang hujan ini semua akan menjadi kenangan yang tak terulang.
 
Ketika suamiku pergi untuk selamanya, hujan datang dan membasuh ingatanku kembali segar. Aku merindukan ini semua, tapi aku hanya mendengar rintiknya. Dan anakku yang berceloteh tentang hujan, membuatku merasa lebih baik menghadapinya berdua.
 

Semoga hujan ini meneduhkan kuburmu, duhai suamiku. Kami akan selalu rindu.

Pool Village, Sabtu (30/09/2023) pukul 00:54 WIB


 

7 comments

  1. Hidup selalu berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan yang tak terjangkau piiran manusia. Aku tak menyangka, sesuatu yang awalnya tak kusuka bisa menjadi sesuatu yang kurindukan. Seperti hujan. Seperti hal-hal kecil lain yang dulu kuanggap begitu biasa, ternyata kini aku menghargai setiap detilnya. Bagaimana denganmu?

    ReplyDelete
  2. No offense. I love rain, if you want the rainbow you gotta put up with the rain.

    ReplyDelete
  3. sedih x ceritanya bu, sehat2 ibu dan si adek ya. semoga bapak ditempatkan disyurganya Allah swt Amin

    ReplyDelete
  4. Di youtube ada chanel yang khusus live suara hujan sampe berjam-jam. Aku subscribe. Enak dinyalain pas mau tidur dengan lampu remang-remang. Btw, jangan sedih lagi ya kak kalau dengar hujan. Tapi tersenyumlah teringat sukacita si kecil yang senang dengan suara hujan.

    ReplyDelete
  5. Di youtube ada chanel yang khusus live suara hujan sampe berjam-jam. Aku subscribe. Enak dinyalain pas mau tidur dengan lampu remang-remang. Btw, jangan sedih lagi ya kak kalau dengar hujan. Tapi tersenyumlah teringat sukacita si kecil yang senang dengan suara hujan.

    ReplyDelete
  6. Hujan selalu membawa kebersihan dan bersamanya menjadi pengantar rindu terbaik :)

    ReplyDelete
  7. Hujan selalu membawa keberkahan dan pengantar rindu terbaik untuk dia yg diganti walau kita tau tak bisa kembali.

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital