Resensi Film: LIMA Dasar Pancasila Tumbuhkan Satu Cinta untuk Indonesia

www.kinamariz.com
Poster Film LIMA yang dibintangi Prisia Nasution
#SakinahMenulis-Lima sineas berbeda, termasuk Sutradara Lola Amaria melahirkan karya film Omnibus bergenre drama yang cukup sensasional di pertengahan 2018 ini. Diluncurkan tepat saat menyambut hari lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni, film LIMA tayang mulai tanggal 31 Mei 2018 serentak di seluruh bioskop Indonesia.

Aku dan suami pun ikut menyaksikan film ini bersama Jaringan Relawan Pendukung Pancasila, di Ringroad Citywalks XXI Medan, Sabtu 2 Juni 2018. Tepat usai berbuka puasa, pukul 19.15 WIB film mulai diputar. Dalam ceritanya, film LIMA mengangkat kisah masyarakat Indonesia yang plural namun berprinsip Pancasilais. Turut berperan di film ini Aktris ternama Prisia Nasution, Yoga Pratama, Baskara Mahendra, Tri Yudiman, Ken Zuraida, Dewi Pakis, Aji Santosa, Eliza, Raymond Lukman, Gerdi Zulfitranto, dan Ella Hamid.
www.kinamariz.com
Tiket Nonton Film LIMA 
Cerita dimulai dengan kemunculan tokoh Fara, Aryo dan Adi baru saja kehilangan ibu mereka, Maryam. Ijah sang asisten rumah tangga, ternyata juga kehilangan sosok Maryam. Permasalahan pertama muncul saat warga dan keluarga berdebat tentang bagaimana Maryam dimakamkan. Pasalnya, Maryam adalah seorang muslim, sementara dari ketiga anaknya, hanya Fara yang beragama Islam.

Di segmen kedua, masalah berkembang ke anak-anak Maryam. Usai kehilangan Ibu dan Ayah, masing-masing harus menjalani kehidupannya sendiri. Fara Sang Pelatih Renang, dihadapkan pada keputusan besar untuk menentukan atlit yang harus dikirim ke Pelatnas, tanpa Nepotisme. Aryo, si anak kedua dan lelaki tertua di keluarganya, sepeninggal Maryam, malah kesulitan ekonomi. Dia kehilangan pekerjaan dan terpaksa mempersoalkan warisan yang ditinggalkan Ibunya. Sementara Adi, adik terkecil yang kerap dibully di sekolahnya, harus berurusan dengan polisi saat menjadi saksi pembunuhan seorang pencuri.

Konflik semakin memanas saat Bi Ijah, pembantu mereka minta pulang kampung karena dua anaknya yang masih dibawah umur ditangkap polisi. Bi Ijah menuntut keadilan yang seringkali tak mampir ke orang kecil seperti dia. Pada akhirnya, keluarga ini membawa penonton ke lima hal paling dasar yaitu tentang: Tuhan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan.

www.kinamariz.com
Aku dan Kak Sundari saat nonton bareng film LIMA di RCW XXI
LIMA merupakan film omnibus bergenre drama yang disutradarai oleh Lola Amaria, Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Agustriansyah, dan Adriyanto Dewo. Mengambil konflik bertema Pancasila dan mengemasnya dengan hati-hati adalah pekerjaan besar kelima Sutradara ini. Terlebih pluralisme dan SARA sangat rentan dan sedang marak-maraknya dibahas di Indonesia. Namun film ini berhasil membawa penonton pada kesyahduan Pancasila melalui jalan ceritanya yang kompleks dan penuh makna.

LIMA babak diputar cepat oleh Sutradara film ini sehingga bilamana penonton tak lekas mengingat adegannya, akan ketinggalan cerita. Pertanyaan tentang moral dan kemanusiaan diputar berulang-ulang sehingga penonton seolah diajak berdamai dengan situasi Indonesia saat ini. Pemutaran film berlangsung dengan hikmat dan seru dimana di akhir pemutaran para penonton diajak bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya yang semakin mempererat rasa nasionalime dan kebangsaan kita.


www.kinamariz.com
Aku dan Suami (di tengah agak ke kiri) saat nonton bareng film LIMA


Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

1 comment

  1. Silahkan untuk berkomentar, namun ingat ya link hidup tidak diperkenankan diletak sembarangan di sini. Insya Allah saya siap kok blog walking tanpa harus nempel-nempel backlink. Ok. Thanks

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital