Pojok Literasi Medan, Kupas Tuntas Financial Technology dari Regulasi Hingga ke Praktisi

www.kinamariz.com
Pojok Literasi Medan
#SakinahMenulis-Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, melalui Direktorat Perekonomian dan Kemaritiman menggelar rangkaian kegiatan Pojok Literasi di Medan. Bertema 'Financial Technology yang Ramah bagi Millenial', kegiatan ini digelar di Café Potret, Jalan KH Wahid Hasyim No.90, Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, provinsi Sumatera Utara, pada Kamis (21/03/2019).

Dimulai tepat pukul 14.00 WIB siang, acara ini menghadirkan 4 narasumber utama yaitu Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Septriana Tangkary, Sekjend Kemkominfo RI Rosarita Niken Widyastuti, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir, dan Founder & CEO Finansialku Melvin Mumpuni CFP. Diskusi yang diikuti ratusan blogger, influencer, dan mahasiswa ini dipandu langsung oleh Wardah Fajri dari Bloggercrony.


Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Septriana Tangkary, menjadi pemantik pertama yang memaparkan soal kondisi pengguna internet di Indonesia. "Indonesia adalah negara yang jumlah pengguna internetnya nomor 4 (empat) besar di dunia. Pada tahun 2014, lembaga riset pasar e-marketer mencatat Indonesia sebagai negara keenam dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia (83,7 juta orang). Pada Januari 2017, data agensi digital Amerika Serikat, we are social, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 51% atau sekitar 132,7 juta orang," sebutnya.

Menurut Septriana, jumlah pengguna internet ini akan terus meningkat seiring dengan pelaksanaan proyek penanaman serat optik Palapa Ring di beberapa wilayah Indonesia Barat dan Timur yang belum terjangkau internet oleh pemerintah. Dia juga menjelaskan, ternyata faktanya dari 132,7 juta pengguna internet di Indonesia, sebanyak 106 juta diantaranya adalah pengguna aktif media social.

www.kinamariz.com
Septriana Tangkary
"Kebanyakan dari mereka adalah Generasi Y atau Generasi Millenials (rentang usia 20-34 tahun) yang lahir sebagai digital native, dimana internet merupakan bagian integral dari kehidupan mereka. Kebanyakan dari mereka mengakses Youtube (49%), disusul dengan media sosial lain, seperti Facebook (48%), Instagram (39%), dan Twitter (38%)," jelas Septriana.

Kemudian topik bergulir ke pemateri kedua, Sekjend Kemkominfo RI Rosarita Niken Widyastuti yang menjelaskan tentang peluang digital ini. "Laporan World Economic Forum (2015) memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Hal ini mempertegas peluang keuangan digital, diperkuat dengan kenyataan baru sekitar 36 persen orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di bank atau sekitar 120 juta orang masuk dalam kategori unbanked," paparnya.

www.kinamariz.com
Niken Widyastuti
Kontradiksinya, lanjut Niken, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet, berkat perkembangan infrastruktur dan mudahnya mendapatkan smartphone atau perangkat genggam. Angka ini naik pesat dari tahun 2014 yang hanya mencapai 88 juta orang. "Maka untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan literasi keuangan melalui diseminasi informasi positif kepada seluruh lapisan masyarakat. Melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, khususnya Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, ditunjuk untuk memegang tanggung jawab sebagai pelaksana diseminasi dan edukasi tersebut melalui seluruh saluran komunikasi yang tersedia," terangnya.

Senada dengan Kemkominfo, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir mengatakan bahwa dengan semakin tingginya pengguna internet, makin besar pula dibutuhkan kemampuan literasi digital, termasuk melek literasi keuangan. "Salah satunya yang berkembang sangat pesat saat ini adalah banyaknya teknologi aplikasi keuangan (Financial Technology : Fintech) yang menyasar pada pengguna internet. Fintech ini sudah sangat banyak ditemui dan belum semua teregistrasi/terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI.

www.kinamariz.comSondang Martha Samosir
Lantas, bagaimana supaya tidak tertipu fintech bodong atau penipuan? Sondang menjawab bahwa saat ini OJK telah menyusun pengaturan terkait usaha Fintech dan perlindungan konsumennya.
  • Peraturan OJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan (WAJIB dilaksanakan oleh seluruh Pelaku Usaha Jasa Keuangan, termasuk pada layanan Fintech-nya
  • Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi(Peer-topeer Lending) (WAJIB dilaksanakan oleh perusahaan yang terdaftar sebagai P2P lending
  • Peraturan OJK No.37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding) (WAJIB dilaksanakan oleh perusahaan yang terdaftar sebagai Layanan Urun Dana/Equity Crowdfunding.
Peraturan tersebut yang mengatur perusahaan Fintech untuk menerapkan aspek-aspek perlindungan konsumen dan mendorong pemahaman konsumen (literasi) terhadap fitur produk yang ditawarkan. Karenanya, Sondang mengimbau kepada masyarakat yang ingin bertransaksi dengan fintech untuk lebih dulu mengeceknya di Kontak OJK telepon 157. "Data OJK per 3 Februari 2019, sudah ada 99 Fintech Berizin yang sudah OJK verifikasi. Fintech yang teregistrasi ini sudah aman, jadi masyarakat terlindungi baik saat menjadi lander ataupun borrower," kata Sondang.

www.kinamariz.comMelvin Mumpuni
Sebagai pembicara terakhir, yang juga satu-satunya Narasumber pria, bukan pegawai pemerintahan, adalah Founder & CEO Finansialku Melvin Mumpuni CFP. Melvin yang mengaku merintis Start Up websitenya Finansialku.com ini memotivasi para Blogger, Influencer dan mahasiswa untuk serius menggarap project digitalnya.

"Kita sudah memasuki era industri 4.0, pekerjaan segalanya bisa lebih ringkas dengan internet. Kondisi ini pasti sewaktu-waktu memangkas tenaga manusia untuk digantikan dengan mesin. Maka kita tak boleh kehabisan ide, biasakan berfikir kreatif. Literasi keuangan ini perlu dibangun untuk melihat peluang tersebut. Jangan ragu memulainya karena jika tidak pernah memulai, Anda tidak akan sampai kemana-mana," tutupnya.


Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

6 comments

  1. Terima kasih sudah mampir dan berbagi komentar di blog saya. Blog Walking siap meluncur :)

    ReplyDelete
  2. Fintech ini semakin digemari ya, lebih ringkas dan mudah diakses. Namun resiko juga ada jika tak hati-hati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali pak. Karenanya perlu cek dulu ke OJK jangan sampai menggunakan fintech yang belum teregistrasi.

      Delete
  3. Replies
    1. Seru ya Iyik. Kita belajarnya serius tapi santai dengar lagu-lagunya dan cemilannya 😊❤

      Delete
  4. double seru memang kak, dari informasi i=fintech dan serta band pengiringanya: mantap!

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital