Moment Ramadhan di Masa Kecil yang Tak Terlupakan


#SakinahMenulis-Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan dan kebahagiaan. Bulan puasa, dimana setiap pahala dilipatgandakan dan setiap dosa yang bertobat akan diampuni. Di waktu kecil, bulan Ramadhan bagiku adalah kegembiraan. Karena di sana ada hal-hal yang menyenangkan, yang hanya bisa kulakukan di bulan ini. Ingatanku, ada 11 Momen kenangan masa kecil yang selalu dirindukan.

1. Kentongan Sahur
Di zamanku SD, sekitar tahun 90-an, masyarakat masih menggunakan akrab menggunakan kentongan untuk membangunkan sahur. Mereka adalah pemuda Remaja Mesjid (RM) yang piket sahur. Keliling gang berjalan kaki untuk membangunkan ibu-ibu memasak makanan sahur untuk keluarganya. Selang 1 jam sebelum imsyak, mereka berkeliling selama 15 menit. Lalu 30 menit sebelum imsyak, pemuda RM kembali membangunkan warga dengan Toa mesjid. Sekarang, sudah tidak ada lagi arak-arakan sahur dengan kentongan ini. Karena diduga memicu keributan dan mengganggu kenyamanan masyarakat. Jadi memang ada sisi postif dan negatifnya juga fungsi kentongan sahur ini. Namun bagiku, momen saat terbangun karena irama kentongan dari luar jendela itu tak akan terlupakan. 

2. Kue dan Makanan Manis
Ta'jil demikian kita menyebutnya. Kue-kue dan makanan manis ini biasanya kerap muncul di momen Ramadhan. Banyak pedagang musiman yang bermunculan, sehingga dimana-mana, para Ibu selalu membeli ini sebagai kudapan berbuka puasa. Kue yang paling kusuka adalah kue lapis dan bolu kukus. Karena itu, ibuku selalu membeli dua macam kue itu dan meletakkannya di piring. Hal paling lucu adalah ketika di lain hari (bukan bulan Ramadhan) ibuku membuat sendiri panganan manis, kami tak begitu antusias memakannya. Bahkan panganan itu bisa berhari-hari tanpa disentuh. Beda dengan suasana puasa, semua makanan manis habis disantap. Entah itu lapar atau doyan? Hehe

3. Kembang Api
Siapa yang pernah main kembang api di malam hari? Bukan kembang api besar untuk ditembakkan ke langit, namun kembang api kecil dengan panjang tak lebih dari 20cm, dibalut kawat kecil yang bila dibakar ujungnya, terciprat percikan api yang sangat indah. Permainan ini hanya kudapatkan di bulan Ramadhan karena di hari-hari lainnya, Ibuku tak mengijinkan kami bermain di luar (di halaman depan) pada malam hari. Sepulang dari mesjid melaksanakan sholat Teraweh, kami pun mengeluarkan harta yang paling berharga. Lidi Kembang Api. Menjaganya pun hati-hati, garus dibungkus plastik, harus di dalam kotak. Tidak boleh basah, tidak boleh patah. Setelah bermain, batang mesiunya yang gosong juga harus hati-hati dibuang ke bak sampah, karena sangat panas dan bisa terbakar.

4. Telekung Berikat
Jika ibadah puasa dilakukan dari pagi hingga maghrib, malamnya, masih ada ibadah sholat taraweh. Sholat ini biasa dilakukan berjamaah di musholla atau mesjid. Nah, biasanya, saat sholat jamaah, anak-anak yang belum baligh (umur 10 tahun ke bawah) diwajibkan sholat di barisan belakang agar tak mengganggu kekhusyukan orang dewasa yang beribadah. Karena orang dewasa pada sholat di barisan depan, di baris belakang inilah kejahilan anak-anak itu terwujudkan. Saat ada anak yang serius sholat, maka yang usil bersama kelompoknya mengikat ujung-ujung telekung (mukena) anak yang sholat, sehingga ketika akan rukuk barisan shaf jadi tarik menarik. Sejurus kemudian ada suara anak yang menangis karena tertimpa temannya, ada yang kuat, sengaja menarik bagiannya lebih jauh. Kekacauan terjadi, lalu ibu-ibu akan menengahi. Tak sampai 10 menit, giliran shaf yang tadi menjahili dikerjai. Begitu terus sampai ada 1 atau 2 orang ibu-ibu yang terkenal galak, meminta anak yag usil agar sholat di barisan depan. Barulah suasana kondusif. Karena sering terjadi begini, maka barisan shaf anak-anak dipindah ke bagian depan.

Kenangan-kenangan ini menjadi moment tersendiri bagiku. Meski sudah jauh berpiuluh tahun, semuanya masih terasa segar di kepala. Demikianlah, waktu membawa kita jauh berjalan, namun tetap ada kesan yang tertinggal. 

Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

1 comment

  1. Terima kasih sudah mampir dan memberi komentar di blog saya. Blog walking siap meluncur!

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital