Kelas Mamak Inspirasi dari Sekolah Emak, Belajar MPASI dan Tumbuh Kembang Bayi


#SakinahMenulis-Mengasuh bayi butuh banyak referensi. Terlebih bila bayi sudah memasuki fase-fase pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan perhatian ekstra. Salah satunya adalah Fase Makanan Pendamping ASI (MPASI) sebagai momen pertama kalinya bayi mencerna makanan lain selain ASI. Membantu para Emak memahami fase itu, Bidan Febrina OK MKeb beserta timnya dari Sekolah Emak, membuka kelas belajar bersama yaitu Kelas Mamak Inspirasi.

Sekolah Emak ini sendiri adalah Pusat Perawatan, Terapi Ibu dan Bayi, Baby Spa, Prenatal Yoga, Pelatihan Bidan hingga Pelatihan Komplementer Ibu dan Bayi. Lokasinya berada di Jalan Serimpi VI No.17, Komplek Medan Permai, Kelurahan Namo Gajah, Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Yayasan yang dikelola para Bidan profesional ini memberikan pelatihan-perawatan hingga banyak layanan seputar Ibu dan Bayi yang bisa disesuaikan dengan budget serta kebutuhan pelanggannya.

Saya sendiri mengenal Sekolah Emak di akun instagramnya @Sekolah.Emaak yang banyak memberikan tips perawatan ibu dan bayi. Tertarik dengan materi MPASI ini, saya menghadiri Kelas yang digelar pada Sabtu (07/03/2020) di Asoka Corner Jalan Ringroad Sunggal ini. Kali ini, Sekolah Emak menghadirkan tiga narasumber yakni Dr Hazwani Fadhillah Nasution (Konselor ASI & MPASI), Bidan Leliya Rosa Indah SST (Praktisi Sekolah Emak), serta Yolla Dita (Moms & Influencer).

Kelas ini dimoderatori oleh Ibu Wardati Humaira MKes, (Dosen Kebidanan Poltekes Medan), dengan suaranya yang renyah, memandu materi bertajuk "Pentingnya MPASI dan Tips Mendeteksi Tumbuh Kembang Bayi". Jujur, saya merasa bersemangat sekali mengenal lebih dalam seputar MPASI. Terlebih selama ini saya hanya belajar ilmu pengasuhan dari pengalaman dan 'cerita' tentang bagaimana sebaiknya mengurus bayi. Tentang ilmu dari para pakarnya, saya hanya berpedoman dari buku dan internet. Karena itu, saat ada kesempatan untuk mendengarkan ilmu dari pakarnya, saya tak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Begitupun kelas ini, berisi para ibu-ibu dan ayah muda, bahkan ada yang lengkap dengan bayinya. Pertama naik ke lantai II di Cafe yang berada tak jauh dari Mall Focal Point ini, saya melihat puluhan Orangtua millenial yang begitu antusias belajar. Kelas yang dimulai dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 ini berlangsung dalam tiga sesi.

Sesi 1 : Belajar MPASI Kini, Biar Nggak Bingung Nanti-Nanti
Konselor ASI-MPASI, Dr Hazwani Fadhillah Nasution dalam materinya menjelaskan bahwa Makanan Pendamping ASI (MPASI) sebaiknya diberikan saat usia bayi tepat 6 bulan. "MPASI sebaiknya diberikan di usia tepat 6 (enam) bulan, tidak kurang tidak lebih. Dan perlu diingat, sebagai pendamping ASI, maka walaupun bayi sudah diberi makan bukan berarti lepas ASI. Ibu juga harus tetap meng-ASIhi ya," ujarnya.

dr Hazwani Fadhillah Nasution - www.kinamariz.com
Tak cuma mengatakan usia wajib MPASI, dr Dilla juga menjelaskan mengapa bayi harus diberi tepat di umurnya. Berikut saya rangkum beberapa fakta yang terjadi saat bayi diberi makan terlalu dini :
  1. Menggantikan ASI (karena organ pencernaan bayi yang masih dini, bayi cepat merasa kenyang dan malas menyusu)
  2. Resiko sakit meningkat (sebab sistem imun kita berada di saluran cerna)
  3. Resiko diare meningkat (kebayangkan parahnya kalau bayi kena diare)
  4. Pencernaan belum siap untuk memproses makanan (bayangkan dengan pencernaan yang belum siap mengolah makanan itu kita jejalkan,.. udah ah, serem!)
  5. Ibu beresiko hamil lagi (inget, mengASIhi itu KB alami lho bu-ibu..)
Materi dr Hazwani Fadhillah Nasution - www.kinamariz.com
Dr Dilla mengakui, di zaman dahulu banyak kita yang salah kaprah terkait mitos dan fakta soal MPASI ini. "Ada yang mengira bahwa bayi kalau tidak dikasih makan sekenyang-kenyangnya nanti rewel. Padahal perut bayi juga ada kapasitasnya. Memberi makan bayi boleh tapi lihat dulu usianya sudah cukup belum, yang dimakan bermanfaat tidak, dan jumlah bobotnya ada porsinya," sambungnya.

Nah, beda lagi ceritanya kalau anak sudah masuk usia MPASI, tapi ibu malah menunda-nunda tanpa alasan tertentu. Dr Dilla sangat menyayangkan hal ini, sebab dari sisi bayi, menunda MPASI bisa menyebabkan :
1. Anak tidak dapat nutrisi yang cukup
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak melambat
3. Potensi kekurangan gizi

"Dua tahun pertama hidup anak harus penuh gizi, sebab 60% pperkembangan otak anak bergantung pada gizi yang dikonsumsinya. Sebenarnya bukan hanya dari dua tahun pertama, tapi sejak kehamilan pertama Ibu harus penuhi kebutuhan gizinya. Kadang kala kita sudah merasa banyak makan, namun apakah yang kita makan itu berkualitas dan mencukupi kebutuhan gizi bayi?" tanya dr Dilla.

dr Dilla menuturkan, ada beberapa kriteria untuk Ibu membuat MPASI pertama. "Syarat pertama, MPASI harus kaya energi, protein, zat besi, seng, kalsium, Vitamin A, C, dan Asam Folat," tegasnya. Dr Dilla sedikit bercerita soal pengalamannya memberikan MPASI berbahan dasar super wah, padat gizi dan standar internasional. Tapi hasilnya? Ibu jadi cepat lelah harus mencari bahan-bahan yang sulit dijangkau itu.

Materi dr Hazwani Fadhillah Nasution - www.kinamariz.com
Maka dr Dilla membeberkan syarat lainnya yakni dibuat dengan sehat dan higienis, tidak terlalu manis atau asin, mudah dimakan oleh bayi, disukai bayi, berbahan dasar lokal dan terjangkau, hingga mudah disiapkan. "Kalau membuat MPASInya ribet dan bahan bakunya susah didapat, nanti yang ada Ibunya yang stress duluan," candanya.

Adapun soal jenis makanan MPASI, dr Dilla mengacu pada standar kesehatan dimana MPASI harus mengandung komponen Karbohidrat (Karbo), Protein Hewani (Prohe), Protein Nabati (Prona), Lemak, Sayur dan Buah. Di sini penjelasan dari dr Dilla sangat mendetail sehingga saya akan tuliskan satu per satu ya. 

A. Karbohidrat 🍚
Karbohidrat ini tidak boleh terlalu banyak, tidak juga terlalu sedikit. Porsinya 35% dalam piring bayi. Bentuknya tidak harus selalu dari beras, bisa jagung, sagu, umbu-umbian (ubi, singkong, ketela), kentang, mi, pasta.

B. Protein Hewani 🥩
Protein dari hewan disingkat prohe ini juga tak usah yang sulit dan ribet, namun harus bervariasi agar bayi terbiasa mengenal macam-macam makanan. Ingat, memberikan prohe dalam MPASI jangan langsung dalam jumlah banyak. Untuk tes alergi anak, harus diberikan bertahap. Alergi bayi dipicu hormon pertumbuhannya, karena itu alergi dapat sembuh atau muncul setelah dewasa. Prohe misalnya : daging+hati, otak sapi, daging+hati, ceker ayam, daging kambing, ikan, telur, bebek, makanan laut, produk susu, belut, lele. Khusus ini, dr Dilla menyarankan agar para ibu tidak menunda prohe dalam MPASI karena takut anak alergi, sebab kandungan prohe sangat diperlukan anak.

C. Protein Nabati 🥜
Protein nabati (prona) didapat dari kacang-kacangan seperti kedelai dan olahannya, tempe, tahu, selain itu kacang almond, kacang hijau, dan jenis lainnya bisa diolah untuk bahan MPASI. Hanya saja perlu diberikan bertahap untuk menghindari resiko bayi alergi kacang yang bisa menyebabkan ruam kulit, rasa tercekik, kesulitan bernafas, bahkan kematian. Jadi para ibu harus hati-hati ya.

D. Lemak 🧈
Yap, lemak harus ada dalam MPASI. Kalau Ibu suka diet-dietan, itu tidak berlaku bagi bayi. Bayi sedang bertumbuh jadi butuh lemak dalam makanannya. Lemak itu jumlahnya 1 sdt di setiap sesi makan (di luar minyak tumis). Sumberya bisa dari : Minyak makan, margarine, mentega, santan, lemak dari daging, minyak zaitun, minyak kelapa. Tips dr Dilla, untuk mencampur lemak di makanan bayi, diracik mempertimbangkan kualitas makanan. Misalnya sudah siapkan bubur, lalu saat akan dikonsumsi bayi, baru disitu dibaurkan 1 sdt minyak zaitunnya. "Ingat, bayi juga punya selera lho. ASI aja ada rasanya, masa makanan bayi nggak enak?" ujar dr Dilla berseloroh.

E. Buah dan Sayur 🍎🥦
Sebagai sumber micronutrien dan vitamin, buah dan sayur juga penting namun jangan berlebihan. Sayur yang porsinya terlalu tinggi justru akan membuat anak sembelit dan susah BAB. "Pencernaan bayi dan orang dewasa berbeda, kalau kita ya butuh banyak sayur. Kalau bayi cukup untuk membantunya mengenal rasa sayur dan buah. Pilih yang mengandung enzim pelancar pencernaan dan berikan dalam porsi kecil," tegas dr Dilla.

F. Bumbu dan Air 🍯🥛
Tentang ini banyak sekali cerita ala-ala Ibu millenial yang katanya tak mau memberi gula dan garam di masakan anak. dr Dilla mengira hal itu berlebihan, sebab indra perasa bayi tidak akan belajar rasa yang berbeda-beda. "Sama halnya ketika anak dibiasakan mengonsumsi bubur instan atau biskuit-biskuit jajanan bayi. Bukannya tidak boleh, tapi jangan sering-sering karena nanti bayi akan sulit untuk kembali lagi ke rasa makanan alami karena sudah terbiasa dengan rasa enak buatan itu," pesannya.

Terpenting, bumbu harus ada. Apalagi masakan indonesia ada bawang merah, bawang putih, bawang bombay, jahe, kunyit, daun salam, lengkuas, serai, dll. Soal pemberian air, dr Dilla menyarankan agar ibu tidak memberikan bayi air putih saat menyuapi bayi makan. Untuk mengencerkan bubur bisa dengan lemak tadi, dan total cairan selain ASI adalah setengah liter (500ml) per hari. Terlalu banyak air bayi bisa kembung dan begah sehingga tidak mau ASI dan menolak makan. Tentang susu UHT, dapat diberikan kepada bayi bisa sebagai campuran masakan.

Lebih jauh, dr Dilla mengulas seputar tips dalam variasi makanan bayi. "Karena prinsipnya MPASI ini adalah pemenuhan nutrisi dan mengenalkan anak dengan berjenis-jenis makanan, jadi semakin variatif semakin menstimulasi anak. Namun jangan cepat menyimpulkan bayi tidak suka, karena bayi belum memiliki preferensi rasa. Jadi ibu harus mencoba hingga 10x untuk memastikan apakah anak suka atau tidak," jelasnya.

Soal frekuensi dan porsi makan bayi, dr Dilla menegaskan bahwa bayi yang mengambil keputusan seberapa banyak dia ingin makan. "Bayi makan sesuai seleranya, jangan dipaksa, jangan buru-buru naik tekstur dan beri bayi aktivitas agar dia lapar dan terstimulasi untuk meminta makan. Ibu juga harus jeli melihat tanda kenyang dari bayi, untuk finger food pastikan potongan besar sehingga bayi tidak mudah tersedak dan harus selalu dipantau," paparnya lagi. 

Dr Dilla menutup dengan pesan bahwa makan adalah kegiatan penuh tantangan, itu sebabnya ibu harus mengajarkan bayi membaca doa sebelum makan. "Beri waktu khusus makan sehingga bayi dapat makan dengan tenang tanpa harus ada TV atau gadget. Kontrol ekspresi wajah dan bujuk anak dengan kasih sayang. Kuncinya cuma 1, Sabar," pesannya.


Selebgram Yolla Dita - www.kinamariz.com
Sesi 2 : Sharing MPASI ala Selebgram
Mom &Influencer di Instagram, Yolla Dita di sesi ini berbagi pengalaman MPASI anaknya Baby Zuzu. Selebgram yang juga Dosen di salah satu Universitas di Medan ini mengaku aktivitasnya sebagai seorang ibu dan karir benar-benar menguras fisik dan mental. Terlebih di fase MPASI, perlu tenaga dan dukungan ekstra. Saya mencatat pesan penting yang dibagi Yolla, diantaranya " 

  • Sabar. "Apapun yang kita hadapi harus sabar, sebab masa-masa ini tidak akan bisa tergantikan dan nanti Moms akan rindu dengan masa ini," ungkapnya.
  • Libatkan suami, saling bantu. "Kalau perlu, sebelum masuk waktunya bayi MPASI, Ibu-Bapak bisa dicicil-cicil dulu nih belanja peralatan MPASInya. Jadi ada persiapan untuk kita dan lebih tenang saat masuk waktunya. Karena bayi kita kalau sudah pas usia MPASInya (6 bulan) harus langsung diberikan ya bu, kalau tidak mau terhambat pertumbuhan dan perkembangan anaknya," pesannya.
  • Buat Tabel Menu 4 Bintang. "Tujuannya biar lebih variatif aja dan anak gak makan itu-itu aja. Tabel ini membantu saat anak stuck dan bisa jadi cara baru ibu memaak seperti direbus, kukus, tumis, giling, blender, dll. Karena anak sedang MPASI badannya harus cukup gizi," pesannya.
  • Cek alergi bisa dengan membuat menu tunggal. "Tapi jangan keseringan dan membuat anak jd picky eater, makan harus enjoy dan ibu jangan egois ya," katanya.
Saat QnA, ada yang bertanya soal apakah MPASI bisa dicampur ASI? dr Dilla dan Yolla sependapat bahwa ASI dan MPASI adalah asupan berbeda dan tidak sama sekali disarankan membuat makanan dari ASI. Selain itu, soal cara penyimpanan Prohe seperti daging, dr Dilla dan Yolla juga menyarankan bahwa makanan segar dan idak lama-lama disimpan lebih baik untuk bayi. Penyimpanan daging sebaiknya dalam kondisi mentah, jadi setiap akan memasak baru dicuci dan diolah sehingga tidak merusak tekstur dan kandungan gizinya.


Bidan Leliya Rosa Indah SST - www.kinamariz.com
Sesi 3 : Deteksi Tumbuh Kembang Bayi
Sesi ini merupakan terakhir, dimana diisi langsung oleh Praktisi Sekolah Emak, Bidan Leliya Rosa Indah SST. Dalam materinya, dia mengajak para Orangtua untuk peduli terhadap tumbuh kembang anak. Dia juga menyarankan agar Orangtua aktif memeriksa pertumbuhan anak yang terlihat dari Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Kepala. Untuk, perkembangannya dapat dipantau dari responnya, motoriknya, bahasanya, dan lain-lain.

"Memang benar setiap anak berbeda-beda tumbuh kembangnya, namun ada hal-hal mendasar yang menjadi petunjuk apakah anak dalam kondisi sehat atau tidak. Baik atau tidak tumbuh kembangnya," ungkap Bidan Leliya sembari menampilkan tabel tumbuh kembang anak. Dia juga menyarankan agar Ibu membeli timbangan, meteran untuk menimbang dan mengukur sendiri perkembangan anak di rumah. 

Disebutkannya, faktor gizi sangat besar peranannya dalam pertumbuhan, sedangkan perkembangan didasari dengan pola asuh. Jadi keduanya sangat mempengaruhi bayi. "Sama ketika bayi baru dilahirkan, setiap bayi akan merespon dan mencari detak jantung ibu. Tangisan bayi, juga bisa berarti macam-macam. Bisa lapar, haus, mengantuk, tidak nyaman, dan sakit. Karena bayi belum bisa berbicara, maka tangisan adalah isyarat dari bayi. Bayi itu menangis tandanya dia berkembang," tutupnya.


Foto bersama - IG @sekolah.emaak
Kelas Mamak Inspirasi inipun berakhir dengan sesi foto bersama.
Pemateri Kelas MPASI - www.kinamariz.com

Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

3 comments

  1. Ini pengalamanku belajar di Kelas Mamak Inspirasi. Jika punya pengalaman seputar MPASI, silahkan berbagi di kolom komentar yuk. Biar asyik kita ngobrolnya. Terima kasih :)

    ReplyDelete
  2. Makasih ya mba kina atas tulisannya kebetulan ni anak saya sedang mpasi..walau ini anak kedua...mamak harus tetap belajar lagi..karena jarak dengan anak pertama agak lumayan😁 izin yaaa saya catat2 ilmunya😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mak Darina. Iya bener, walau anak kedua, ketiga, kayaknya kita tetap harus belajar ya karena setiap anak pasti beda-beda keinginannya. Feel free to share Mak Darina. Makasih sudah mampir ya

      Delete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital