Review Drama Jepang Desperate Motherhood 名前をなくした女神


 
#SakinahMenulis-Apa jadinya nasib para wanita jika sudah menikah dan punya anak. Bukan hanya terbentur dilema sebagai Fulltime Mom atau Working Mom, ternyata kehidupan pergaulan para Ibu-Ibu di Jepang ini juga penuh lika-liku yang menggembirakan, menyayat hati, menegarkan, hingga mengharukan. Drama ini cocok sekali untuk wanita yang baru belajar menjadi Ibu dan mulai bergaul dengan Ibu-Ibu lainnya. Penuh nilai dan menguras emosional, padahal ini dibuat di tahun 2011 dan saya menontonnya di tahun 2019. Selisih 8 tahun dari waktu produksi ternyata drama ini tetap amat seru. Salut!
 
Judul          : Desperate Motherhood / (Namae o Nakushita Megami) 名前をなくした女神
Genre         : Family Drama - Culture Society
Pemain    : Anne Watanabe (sebagai Yuko Akiyama), Takeshi Tsuruno (sebagai Takumi Akiyama), Kanata Fujimoto (sebagai Kenta Akiyama) dan masih banyak keluarga dan pemeran lainnya.
Negara/Tahun Launching : Jepang, 2011 
Sutradara                         : Narihide Mizuta, Masaki Nishiura, Naomi Kinoshita 
Penulis Naskah                : Chiho Watanabe 
Episode                            : 11 Eps 
Skor 1-5                            : 5 Bintang 
 
Synopsis : Seperti judulnya, Desperate Motherhood pada awalnya bercerita tentang kehidupan para Ibu muda di Jepang yang memiliki segudang pemasalahan. Dengan dirinya sendiri, dengan pasangan, dengan anak, dengan pekerjaan, hingga dengan lingkungan pergaulan sesama perempuan. Jika di Indonesia ada penggambaran sosok antagonis 'Bu Tedjo' dari Film Pendek Tilik, maka di drama ini muncul pula sosok-sosok positif-negatif yang terbungkus dalam wujud ayu rupawan. 
 
Drama dimulai dengan kemunculan kisah keluarga Akiyama. Yuko sebagai istri Takumi (Mama Kenta) harus bekerja keras sebagai desaigner Arsitek dan mengurus anaknya yang sebentar lagi akan sekolah TK. Sebagai Working Mom (Ibu Bekerja) membuat Yuko sering pulang terlambat dan keteteran menjaga Kenta. Karena itu, Takumi mengambil sebuah keputusan besar untuk membeli sebuah apartemen baru agar Kenta bisa lebih dekat bersekolah, sedangkan Yuko mengambil keputusan resign dari pekerjaannya agar lebih fokus mengurus Kenta. 
 
Pindah ke apartemen baru, ternyata memulai babak baru dalam hidup Yuko-san. Wanita cantik yang sangat positif ini mulai masuk ke sebuah perkumpulan Ibu-Ibu di TK Kenta. Awalnya, perkumpulan ini tampak normal, berisi ibu-ibu muda cantik yang gemar diskusi tentang masa depan anak, kehidupan rumah tangga, hingga fashion. Ternyata setelah mengenal lebih dekat para Ibu dari teman-teman Kenta, dia terjerat dalam lingkungan asing yang sama sekali tidak menyenangkan. Perkumpulan ini seperti kamuflase dari singa-singa kesepian yang siap menerkan dan mencabik mangsanya hingga hancur lebur. 
 
Di sini, ada kisah tentang Reina, si aktris yang sangat sibuk hingga tak punya waktu untuk suami dan anaknya Ayaka. Ada juga tentang Mao, wanita miskin yang berlagak kaya karena anaknya Rara berteman dengan anak si aktris. Ada kisah Chihiro, wanita yang suaminya sangat pelit dan suka melakukan kekerasan verbal, membuatnya tertekan dan rendah diri. Ada kisah tentang ibu Kuto dan Kaito, Rikako seorang wanita yang amat sangat mandiri hingga tak pernah mempedulikan suaminya karena penghasilannya lebih besar. Ada juga ekstra kisah wanita putus asa yang tak bisa bicara pada siapapun. Jujur, saya menontonnya penuh sesak, sedih, tertekan, namun sangat penasaran dengan jalan ceritanya. 
 
Desperate Motherhood Casts

Saat film ini memasuki episode per episode, jalan cerita terjalin sangat rapi. Yuko-san sebagai Mama Kenta sangat kuat dan rasional membawakan dirinya. Tak hanya harus bisa beradaptasi dengan 'teman serigala', dia juga harus bisa tetap menjalin hubungan dengan mereka. Penggambaran berbagai kehidupan wanita di Jepang hadir dalam drama ini dengann sangat realistis. Sosok Yuko-san yang amat positif, harus diuji berkali-kali demi menjadikannya wanita tangguh. Drama ini mengajarkan kita banyak hal, bahwa hidup dan kehidupan bersosial amatlah berbeda. 
 
Seperti halnya Kenta, yang awalnya sangat bahagia saat baru pindah ke apartemen barunya. Ternyata tak mendapat sambutan hangat. Anak-anak disini sangat berbeda didikannya dengan anak-anak pada umumnya. Mereka harus pergi les, bermain bahasa Inggris, hingga terbiasa bersaing mendapat nilai terbaik. Kenta yang dibesarkan penuh nilai positif oleh Yuko dan Takumi sangat kewalahan saat bermain dengan Ayaka, Rara, Terumi, Kaito dan Kuto. Namun perlahan, Kenta yang tadinya diolok-olok karena tak sepandai mereka, bisa tumbuh menjadi anak dengan nilai terbaik hingga lolos ke sekolah favorit. 
 
Desperate Motherhood tak hanya keren dari segi alur cerita, akting para pemain, pesan moral, dan selera fashion, namun juga punya theme song dan musik latar yang sangat-sangat-keren! Saya sangat suka dengan adrenalin yang disuntikkan dalam musik latar film ini. Cara Sutradara melukiskan kekhawatiran, kecurigaan, kecemburuan, bisa sangat detail dan menguras emosi. Saran saya, film ini baik ditonton saat kita sedang tidak ada masalah, karena suspense yang ditimbulkannya bisa membekas begitu lama. Seru banget, huhuhu...
T,T 
 
Saya termasuk jarang menggemari Dorama alias serial drama versi Jepang, karena pada umumnya, film-film Jepang mengambil alur yang sangat panjang dan tektokan antar adegan sangat bertele-tele. (Pendapat pribadi), namun di drama ini TIDAK SAMA SEKALI. Alur bejalan cepat, bahkan saya merasa drama ini perlu membuat sekuel terbarunya karena akting para tokoh bisa amat sangat dirindukan. Saya juga mendadak ngefans sekali dengan tokoh Yuko-san yang diperankan Anne Watanabe. Wajahnya yang khas Asia itu cantik sekali dan tampak elegan. Kharisma Mama Kenta ini sangat membekas di ingatan. 
 
Nilai Plus : Drama ini berdurasi cepat, hanya 11 episode namun bisa mengaduk-aduk perasaan kita sekian lamanya. Menariknya, kita banyak belajar tentang bagaimana harus menyikapi pengkhiatan, persahabatan, hingga penghinaan. 
 
Nilai Minus : Jangan baper ya nonton ini, karena suspensenya bikin kita ikutan emosi, ikutan nangis, ikutan campur aduk, haduh, parah deh. Apa ini bisa disebut minus? 
 
Nah, sekian pendapat saya soal Drama ini. Kamu sudah atau belum pernah nonton nih? Cerita di kolom komentar ya... 
 
Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

4 comments

  1. Terima kasih sudah mampir dan beri komentar, but please do not ever add backlink in this post. You can write the text without url. Thanks.

    ReplyDelete
  2. thanks info filmnya kaka.. masuk whistlist nih

    ReplyDelete
  3. wuooo...keknya malah jadi takut nonton ini karena meski budaya berbeda tapi pasti beberapa hal terasa membuat terasa related. Secara emak2 gitu looo ^_^.

    Thanks for sharing Kina :)

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital