Review Drama Korea Hi Bye Mama

#SakinahMenulis-Cerita soal Mama akan selalu mengandung bawang (baca: bikin terharu). Tak terkecuali di drama Hi Bye Mama ini. Meski judulnya seolah berbunyi salam perpisahan kepada Sang Mama, namun ternyata drama ini mengisahkan pertemuan hangat antara ibu dan anak yang tak sempat dirawatnya. Yang bikin shock penonton, si Mama yang diceritakan ini kenyataannya sudah meninggal dan terus gentayangan ingin menemui anaknya.

Judul     : Hi Bye Mama 

Genre     : Drama - Family - Romance 

Pemain    : Kim Tae-hee (sebagai Cha Yu-ri), Lee Kyu-hyung (sebagai Jo Kang-hwa), Go Bo-gyeol (sebagai Oh Min-jung), Seo Woo-jin (Jo Seo-woo), Shin Dong-Mi (sebagai Ko Hyun-jung) dan Oh Eui-Sik (sebagai Kye Keun-sang)

Negara/Tahun Launching : Korea Selatan, 2020

Sutradara              : Yoo Je-Won

Penulis Naskah     : Kwon Hye-Joo

Episode                : 16 Eps 

Skor 1-5               : 3 Bintang 

Synopsis : Cha Yu-ri mengalami kecelakaan saat akan melahirkan putrinya Seo-woo. Naasnya, Cha Yu-ri terlambat diselamatkan, padahal suaminya dokter Jo Kang-hwa merupakan dokter spesialis bedah toraks terbaik di rumah sakit terkenal di Korea. Kematian istrinya membuat dr Jo sangat terpukul hingga tak mampu mengoperasi dan sempat frustasi. Beruntungnya, dr Jo mampu melalui masa sulit itu oleh seorang perawat wanita bernama Oh Min-jung. Wanita ini kemudian dinikahi dr Jo dan menjadi ibu tiri Seo-woo.

Rupanya kematian Cha Yu-ri memberi pukulan telak pada semua orang. Ibu Cha Yu-ri bahkan melarang semua anggota keluarga (Ayah dan adik perempuan Cha yu-ri) untuk berinteraksi lagi dengan keluarga dr Jo. Jangankan menyapa, bertemu cucunya pun tak boleh. Alhasil hubungan dr Jo dan keluarga mantan istrinya ini sangat buruk.

Dokter Jo dan Cha Yu-ri punya sahabat masing-masing yang juga pasangan suami istri. Mereka adalah Ko Hyun-jung (wanita pemilik restoran) dan Kye Keun-sang (psikiater di RS yang sama dengan dr Jo). Keduanya punya peranan besar dalam cerita ini.

Masalah dimulai di tahun kelima kematian Cha Yu-ri. Selama dia meninggal, arwahnya terus gentayangan dan menolak untuk direinkarnasi karena ingin selalu melihat perkembangan putrinya Seo-woo. Kekesalan Yu-ri memuncak saat melihat dr Jo, Seo-woo, dan istri barunya Min-jung berjalan bersama-sama dan mereka tampak seperti keluarga bahagia. Di tengah tangisannya, dia memaki Sang Dewa dan minta ingin dihidupkan kembali. Dan, tiba-tiba, dhuar! Langit bergemuruh. Cha Yu-ri yang selama ini berbentuk hantu transparan, kini bisa dilihat semua orang.

Hi Bye Mama, Kekuatan Cinta Menghidupkan Orang Mati

Terkaget-kaget dengan hidupnya Yu-ri yang disangka sudah meninggal oleh semua orang, membawa cerita ini menjadi menarik dan penuh adegan menangis. Saya mengamati, dari adegan pertama sampai 15 episode setelahnya, tak satupun episode berlalu tanpa airmata. Untungnya pemeran Cha Yu-ri diperankan si cantik Kim Tae-hee, sehingga penonton tidak cepat bosan menangis. Akting imut si kecil Seo-woo juga mendongkrak sisi menyenangkan di drama ini.

Hal yang paling tidak enak dari drama ini adalah lagi-lagi, penulis naskah terjebak pada pengembangan karakter tokoh Yu-ri, sehingga di pertengahan drama jadi berputar-putar. Padahal banyak sekali kisah menarik para hantu di Rumah Abu yang bisa dieksplorasi penulis untuk mengaitkannya dengan perkembangan tokoh Yu-ri. Mungkin takut dimirip-miripin sama Hotel de Luna kali ye, hehe. 

Untungnya, semua pemain mengeluarkan karakternya dengan sangat baik di sini. Yang terpenting, drama ini juga memberi pesan bahwa kasih ibu sepanjang masa. Drama ini juga memberi pesan bahwa tidak semua ibu tiri jahat, pasti diantara sekian banyak, ada ibu tiri yang benar-benar tulus mengasihi anaknya, seperti Oh Min-jung. Di bagian endingnya, drama ini tidak bisa dibilang happy ending (sebab Cha Yu-ri tetap sudah meninggal), namun juga tidak bisa dibilang sad ending (karena kehidupan semua orang menjadi baik-baik saja). Pada akhirnya drama ini mau menyampaikan bahwa hadiah terbaik untuk orang yang sudah meninggal adalah ketabahan dan penerimaan dari keluarga yang ditinggalkan.

Nilai Plus : Menggambarkan kekuatan cinta kasih seorang ibu kepada anaknya. Terlepas yang diasuh itu anak kandung maupun anak tiri. Lalu menggambarkan keluwesan hati Cha Yu-ri untuk merelakan suaminya menikah lagi. Sebab sejatinya cinta adalah ketika melihat pasangan kita bahagia, meski tidak bersama kita. Eak, terharu banget, tapi kok rasanya nggak nyata ya. 

Nilai Minus : Tolong bapak/ibu Sutradara drama di Korea Selatan, itu aktornya bisa sakit mata kalau 16 episode disuruh nangis melulu. Kisah sedih tidak harus dibuat berdurasi panjang. Bila pesannya benar-benar sampai, bahkan adegan lucu pun dapat membuat penonton berurai airmata. Terlebih masuk ke bagian saat semua orang tak percaya kalau Cha Yu-ri hidup kembali. Aduh lelah sekali saya menontonnya, apalagi unsur musikalitasnya juga jauh. Berharap ada OST yang asyik untuk menemani suasana haru itu, ternyata tidak. 

Eits, ada sedikit fakta yang paling bikin kaget setengah mati, nih. Ternyata pemeran Jo Seo-woo yang imut, cantik, manis dan menggemaskan itu ternyata berjenis kelamin cowok. Fakta mengagetkan ini saya baca di salah satu artikel lansiran IDN Times bahwa ternyata Seo-woo Jin yang memerankannya. Akting anak ini bagus sekali ya, tapi apakah tidak sebaiknya diberi peran sesuai gendernya? Entahlah, mungkin saya yang terlalu kolot atau dunia peran yang sangat dinamis? Menurut kalian gimana?

Maka demikian lah pendapat saya tentang drama ini. Maafkan di bagian akhir penulisannya agak nge-gas, karena jujur punya ekspektasi tinggi dengan drama ini. Ternyata saya hanya mampu keluarkan bintang 3. Ya, lumayanlah daripada lu manyun, hehe. 

Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

4 comments

  1. Terima kasih sudah mampir dan beri komentar, but please do not ever add backlink in this post. You can write the text without url. Thanks.

    ReplyDelete
  2. Hi bye mama, blm nonton. Cus nonton ah..

    ReplyDelete
  3. Filmnya sedih kali ini yang main istrinya si Rain, orangnya cantik lembut saya suka ceweknya tapi jalan ceritanya pusing saya buk!

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital