Arti Nama Blog Kinamariz.com, Sakinah Menulis - Literasi Bertransformasi


#SakinahMenulis-Nama ibarat diri kita, sebuah nama amat sangat kental dengan pemiliknya. Tak terkecuali preferensi orang saat mengingatnya. Katakanlah "tepung" maka yang muncul diingatan kita adalah benda bertekstur bubuk, berwarna putih, bahan kue, roti, pizza, panganan, dan lain sebagainya. Maka bagi seorang penulis blog (blogger), arti nama blog itu amat penting. Sebagaimana Orangtua menamai anaknya, demikian pula blogger berhati-hati menamai ruang karyanya.
 
Saya termasuk orang yang susah memikirkan inspirasi nama. Karena sekali dinamai sesuatu, sampai kapanpun imej yang melekat akan susah berganti. Maka terus terang, saat membuat blog di tahun 2009, saya membuatnya plek-ketiplek dengan nama saya sendiri yakni sakinahmariz.blogspot.com. Cukup simpel, hanya singkatan dari nama lengkap saya, Sakinah Annisa Mariz.
 
Saat berganti domain ke platform berbayar, saya mulai berpikir nama yang lebih singkat, agar lebih dekat dengan pembaca. Karena sepengalaman saya, nama Sakinah sangat sulit mendapat tulisan yang tepat. Ada yang menuliskannya Sakina, adapula Shakina, kadang Sakinna, lebih jauh lagi ditulis pula Syaqueena. Alamak! Jadi untuk lebih ringkasnya, saya menyingkatnya dengan nama Kinamariz. Selain belum ada yang menggunakannya, nama ini gabungan nama panggilan saya untuk teman-teman terdekat.
 
Dengan nama panggilan ini, saya berharap bisa lebih dekat dengan pembaca, sehingga tulisan saya menjadi manfaat untuk banyak orang. Alasan ini juga yang membuat saya menambahkan tagline, Sakinah Menulis - Literasi Bertransformasi.
 
Jika ada yang mengenal saya jauh sebelum saya aktif di Blog, di tahun 2009 itu pula saya memulai karir kepenulisan di media massa (koran dan majalah). Di ruang-ruang sastra dan budaya tersebut, saya beberapa kali mengirimkan tulisan berupa esai, cerpen, dan puisi dan dimuat. Selain aktif di komunitas dan pagelaran, tahun-tahun awal saya memulai menulis itu hanya mengandalkan media cetak. Artinya jika korannya tidak terbit lagi (perusahaannya tutup/ kolapse), karya saya tidak dapat ditayangkan lagi.
 
Memang ada juga beberapa cerpen dan esai saya yang dimuat di koran digital, namun sayangnya demi menghemat storage atau apalah di websitenya, karya-karya yang pemuatannya lebih dari 1 tahun akan dihapus otomatis. Nah di situ sakitnya, ketika kita ingin karya kita dibaca lebih luas, eh malah tidak ada ruangnya. Dari sanalah, saya mulai serius menggarap blog sendiri yang sudah lama dibuat, tapi dibiarkan menganggur.
 
Literasi (pun telah) Bertransformasi
Budaya berkembang seiring masyarakatnya. Di era industri 4.0 dan para digital native menguasai dunia, tentunya penulis tak boleh ketinggalan. Dunia literasi juga harus fleksibel, bukan hanya mengandalkan pena dan kertas, namun bertransformasi ke platform, media yang eksis dengan penghuni mayanya. Di sinilah penulis dituntut bijak untuk belajar lagi, sebab beda ruang, beda lagi gaya penulisannya.
 
Jika di koran/majalah kita terbiasa dengan bahasa baku, formal, serius, maka di blog, kita harus bisa berbahasa santai dan segar, sebagaimana keinginan pembacanya. Tulisan di blog bergaya ringkas, berkesan, dan terpenting bisa terindex oleh mesin pencari Google, hehe.
Karena alasan inilah, saya rasanya harus selalu berbenah. Ruang di dalam blog ini memang milik saya, yang menulis saya, ceritanya tentang kehidupan saya, tapi saat tulisan ini dibaca, gagasan ini menjadi milik semua orang (pembaca).
 
Saya berharap, meski sedikit, saya bisa membagi hal positif dari ruang ini. Semoga kesakinahan (kedamaian) membawamu dengan menulis. Jangan lelah belajar dan bertransformasi ke arah yang lebih baik.
 
Salam Literasi!
 
Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz

1 comment

  1. Oh trnyata ini maksudnya literasi brtransformasi. Aku pikir dulu ini blog otomotif, hehe
    Oke, sukses terus buk!

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital